Jenis-jenis terapi gen - Kemajuan bioteknologi, tak terlepas dari peran mikroba. Karena materi genetika mikroba sederhana, sehingga mudah dimanipulasi untuk disisipkan ke gen yang lain. Di samping itu karena materi genetik mikroba dapat berperan sebagai vektor (plasmid) yang dapat memindahkan suatu gen dari kromosom oganisme ke gen organisme lainnya. Misalnya terapi gen pada penderita gangguan liver. Terapi ini dapat dilakukan secara ex-vivo maupun in-vivo.
Dalam terapi gen ex vivo, sel hati (misalnya) dari pasien yang hatinya telah mengalami kerusakan dipindahkan melalui pembedahan dan perawatan. Kemudian melalui terapi gen akan menyalurkannya dengan menggunakan vektor. Sel-sel hati yang dirubah secara genetik kemudian akan ditransplantasikan kembali dalam tubuh pasien tanpa khawatir akan kegagalan dari proses pencangkokan jaringan tersebut karena sel-sel ini pada awalnya berasal dari pasien.
Strategi terapi gen in vivo meliputi pemasukan gen ke dalam jaringan dan organ di dalam tubuh tanpa diikuti oleh pemindahan sel-sel tubuh. Tantangan utama dalam terapi gen in vivo adalah pengiriman gen hanya terjadi pada jaringan yang diharapkan dan tidak terdapat pada jaringan yang lain. Pada terapi ini, virus digunakan sebagai vektor untuk pengiriman gen.
1. Kuman Terapi gen baris.
Dalam kasus baris kuman terapi gen, sel-sel germinal, yaitu sperma atau telur, yang dimodifikasi oleh pengenalan gen fungsional, yang biasanya terintegrasi ke dalam genom mereka. Therefore. Oleh karena itu, perubahan akibat terapi akan diwariskan dan akan diteruskan kepada generasi berikutnya. Pendekatan baru ini, secara teoritis, harus sangat efektif dalam menangkal kelainan genetik dan penyakit turun-temurun. Namun, banyak yurisdiksi melarang untuk aplikasi ini pada manusia, setidaknya untuk saat ini, karena berbagai alasan teknis dan etika.
2. Somatik Terapi Gen
Dalam kasus Terapi gen (Gene Therapy) somatik, gen terapeutik ditransfer ke sel somatik dari seorang pasien. Setiap modifikasi dan efek akan dibatasi untuk pasien individu saja, dan tidak akan diwarisi oleh pasien keturunan atau generasi berikutnya.
Metode Perbaikan Gen
Ada berbagai metode yang berbeda untuk mengganti atau memperbaiki gen sasaran dalam terapi gen yaitu:
Gen normal dapat dimasukkan ke dalam lokasi spesifik dalam genom untuk menggantikan gen yang berfungsi. Pendekatan ini paling umum.
Gen abnormal dapat ditukarkan dengan gen normal melalui rekombinasi homolog.
Gen abnormal bisa diperbaiki melalui mutasi sebaliknya selektif, yang mengembalikan gen ke fungsi normal.
Peraturan (sejauh mana gen diaktifkan atau off) gen tertentu dapat diubah.
Spindle transfer digunakan untuk menggantikan seluruh mitokondria yang membawa cacat DNA mitokondria.
Jasa Virus
Yang menjadi persoalan adalah, bagaimana cara memasukkan gen yang dikehendaki ke dalam sel yang dituju. Karena sejauh ini pekerjaan menyelipkan langsung sebuah gen ke dalam sel masih belum mungkin. Harus menggunakan jasa perantara (vektor), yaitu virus. Ya, virus. Virus memiliki kemampuan lebih untuk mengenali sel tertentu, menembus masuk dan mentransfer material genetik ke dalamnya (begitulah cara kerja virus dalam menjangkitkan penyakit ke dalam tubuh seseorang).
Saat ini, riset dikembangkan untuk memperbaiki vektor dari virus. Salah satu caranya adalah menghilangkan kemampuan untuk mengaktifkan gen lokal ketika virus diintegrasikan ke dalam genome si tuan rumah. Uji coba yang dilakukan di Pennsylvania, AS adalah menggunakan virus yang telah berintegrasi dalam sel ketimbang dalam sel DNA. Sementara, di Universitas Oxford, Inggris Dr. Seymour mengembangkan “virus siluman” yang dilapisi dengan polimer sehingga dapat menjadi tempat persembunyian virus dari sistem kekebalan tubuh. Hal itu mengijinkan virus yang telah dimodifikasi untuk bersirkulasi lebih lama di aliran darah pasien sehingga memiliki peluang lebih baik untuk mencapai tumor yang tersebar di seluruh tubuh. Beberapa kelompok riset sedang mencoba mengembangkan polimer sintetis untuk mengantar gen yang akan menggantikan peran virus.
Virus juga dapat menyebabkan mutasi genetika ketika mereka mengintegrasikan diri dalam DNA manusia. Dari 27 orang penderita SCID yang diterapi di seluruh dunia, 4 diantaranya mengalami leukemia dan seorang diantaranya telah meninggal, kata dr. Seymour, sambil menambahkan fakta bahwa kebanyakan anak-anak penderita SCID yang diterapi tidak memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal dan meninggal pada awal masa kanak-kanak mereka.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk memasukkan gen baru ke dalam sel. Yang pertama, secara ex vivo. Sebagian sel darah atau sumsum tulang penderita diambil untuk dibiakkan di laboratorium. Sel itu diberi virus pembawa gen baru. Virus masuk ke dalam sel dan “menembakkan” gen baru tersebut ke dalam rantai DNA sel yang dituju.
Sel tersebut masih dibiakkan beberapa saat lagi di laboratorium. Setelah gen benar-benar menyatu dengan selnya, kemudian sel tersebut dikembalikan ke dalam tubuh penderita dengan cara disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
Yang kedua, secara in vivo. Virus pembawa gen disuntikkan ke dalam tubuh penderita. Virus yang telah diprogram tersebut akan mencari dan menyerang sel yang dituju (kanker) dengan cara menembakkan gen baru yang dibawanya ke dalam sel. Peran virus ini kadang digantikan oleh liposom atau plasmid sebagai vektor buatan.
Ada beragam jenis virus yang digunakan untuk uji coba terapi gen, antara lain retrovirus, adenovirus, virus herpes, cacar, dan lain-lain. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebelum digunakan semuanya direkayasa terlebih dahulu sehingga tidak mampu menjangkitkan penyakit, sekaligus ditingkatkan kemampuannya untuk mengenali dan memasuki sel target, juga mentransfer gen.
Sekalipun memberi harapan besar, bahkan beberapa RS kanker telah berani menjadikannya terapi unggulan, terapi ini juga bisa menimbulkan masalah. Karena virus bisa menyerang lebih dari satu jenis sel, jika disuntikkan ke dalam tubuh bisa saja virus tersebut memasuki sel tubuh yang lain, bukan hanya sel kanker seperti yang diharapkan.
Atau, kalau gen yang ditransfer menempel pada lokasi yang salah dalam rantai DNA, hal ini bisa menimbulkan mutasi yang berbahaya, bahkan kanker jenis baru. Jika gen tersebut “salah sasaran” mengenai sel reproduksi, maka mutasi ini akan diturunkan juga pada keturunan penderita, jika kelak si penderita punya anak.
Ada juga kemungkinan gen yang ditransfer tersebut bereaksi berlebihan di lingkungan barunya (sel kanker) sehingga malah menimbulkan peradangan, atau memicu reaksi pertahanan/perlawanan dari sel kankernya. Bagaimana juga kalau virus yang telah direkayasa itu malah menular kepada orang lain yang sehat? Para ilmuwan terus mencari cara yang aman dan memberikan hasil paling optimal sesuai dengan kondisi penderita yang berbeda-beda. Baca juga Pengertian terapi gen Jenis-jenis terapi gen Vektor dalam terapi gen terapi gen senjata baru melawan penyakit
Dalam terapi gen ex vivo, sel hati (misalnya) dari pasien yang hatinya telah mengalami kerusakan dipindahkan melalui pembedahan dan perawatan. Kemudian melalui terapi gen akan menyalurkannya dengan menggunakan vektor. Sel-sel hati yang dirubah secara genetik kemudian akan ditransplantasikan kembali dalam tubuh pasien tanpa khawatir akan kegagalan dari proses pencangkokan jaringan tersebut karena sel-sel ini pada awalnya berasal dari pasien.
Strategi terapi gen in vivo meliputi pemasukan gen ke dalam jaringan dan organ di dalam tubuh tanpa diikuti oleh pemindahan sel-sel tubuh. Tantangan utama dalam terapi gen in vivo adalah pengiriman gen hanya terjadi pada jaringan yang diharapkan dan tidak terdapat pada jaringan yang lain. Pada terapi ini, virus digunakan sebagai vektor untuk pengiriman gen.
1. Kuman Terapi gen baris.
Dalam kasus baris kuman terapi gen, sel-sel germinal, yaitu sperma atau telur, yang dimodifikasi oleh pengenalan gen fungsional, yang biasanya terintegrasi ke dalam genom mereka. Therefore. Oleh karena itu, perubahan akibat terapi akan diwariskan dan akan diteruskan kepada generasi berikutnya. Pendekatan baru ini, secara teoritis, harus sangat efektif dalam menangkal kelainan genetik dan penyakit turun-temurun. Namun, banyak yurisdiksi melarang untuk aplikasi ini pada manusia, setidaknya untuk saat ini, karena berbagai alasan teknis dan etika.
2. Somatik Terapi Gen
Dalam kasus Terapi gen (Gene Therapy) somatik, gen terapeutik ditransfer ke sel somatik dari seorang pasien. Setiap modifikasi dan efek akan dibatasi untuk pasien individu saja, dan tidak akan diwarisi oleh pasien keturunan atau generasi berikutnya.
Metode Perbaikan Gen
Ada berbagai metode yang berbeda untuk mengganti atau memperbaiki gen sasaran dalam terapi gen yaitu:
Gen normal dapat dimasukkan ke dalam lokasi spesifik dalam genom untuk menggantikan gen yang berfungsi. Pendekatan ini paling umum.
Gen abnormal dapat ditukarkan dengan gen normal melalui rekombinasi homolog.
Gen abnormal bisa diperbaiki melalui mutasi sebaliknya selektif, yang mengembalikan gen ke fungsi normal.
Peraturan (sejauh mana gen diaktifkan atau off) gen tertentu dapat diubah.
Spindle transfer digunakan untuk menggantikan seluruh mitokondria yang membawa cacat DNA mitokondria.
Jasa Virus
Yang menjadi persoalan adalah, bagaimana cara memasukkan gen yang dikehendaki ke dalam sel yang dituju. Karena sejauh ini pekerjaan menyelipkan langsung sebuah gen ke dalam sel masih belum mungkin. Harus menggunakan jasa perantara (vektor), yaitu virus. Ya, virus. Virus memiliki kemampuan lebih untuk mengenali sel tertentu, menembus masuk dan mentransfer material genetik ke dalamnya (begitulah cara kerja virus dalam menjangkitkan penyakit ke dalam tubuh seseorang).
Saat ini, riset dikembangkan untuk memperbaiki vektor dari virus. Salah satu caranya adalah menghilangkan kemampuan untuk mengaktifkan gen lokal ketika virus diintegrasikan ke dalam genome si tuan rumah. Uji coba yang dilakukan di Pennsylvania, AS adalah menggunakan virus yang telah berintegrasi dalam sel ketimbang dalam sel DNA. Sementara, di Universitas Oxford, Inggris Dr. Seymour mengembangkan “virus siluman” yang dilapisi dengan polimer sehingga dapat menjadi tempat persembunyian virus dari sistem kekebalan tubuh. Hal itu mengijinkan virus yang telah dimodifikasi untuk bersirkulasi lebih lama di aliran darah pasien sehingga memiliki peluang lebih baik untuk mencapai tumor yang tersebar di seluruh tubuh. Beberapa kelompok riset sedang mencoba mengembangkan polimer sintetis untuk mengantar gen yang akan menggantikan peran virus.
Virus juga dapat menyebabkan mutasi genetika ketika mereka mengintegrasikan diri dalam DNA manusia. Dari 27 orang penderita SCID yang diterapi di seluruh dunia, 4 diantaranya mengalami leukemia dan seorang diantaranya telah meninggal, kata dr. Seymour, sambil menambahkan fakta bahwa kebanyakan anak-anak penderita SCID yang diterapi tidak memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal dan meninggal pada awal masa kanak-kanak mereka.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk memasukkan gen baru ke dalam sel. Yang pertama, secara ex vivo. Sebagian sel darah atau sumsum tulang penderita diambil untuk dibiakkan di laboratorium. Sel itu diberi virus pembawa gen baru. Virus masuk ke dalam sel dan “menembakkan” gen baru tersebut ke dalam rantai DNA sel yang dituju.
Sel tersebut masih dibiakkan beberapa saat lagi di laboratorium. Setelah gen benar-benar menyatu dengan selnya, kemudian sel tersebut dikembalikan ke dalam tubuh penderita dengan cara disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
Yang kedua, secara in vivo. Virus pembawa gen disuntikkan ke dalam tubuh penderita. Virus yang telah diprogram tersebut akan mencari dan menyerang sel yang dituju (kanker) dengan cara menembakkan gen baru yang dibawanya ke dalam sel. Peran virus ini kadang digantikan oleh liposom atau plasmid sebagai vektor buatan.
Ada beragam jenis virus yang digunakan untuk uji coba terapi gen, antara lain retrovirus, adenovirus, virus herpes, cacar, dan lain-lain. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebelum digunakan semuanya direkayasa terlebih dahulu sehingga tidak mampu menjangkitkan penyakit, sekaligus ditingkatkan kemampuannya untuk mengenali dan memasuki sel target, juga mentransfer gen.
Sekalipun memberi harapan besar, bahkan beberapa RS kanker telah berani menjadikannya terapi unggulan, terapi ini juga bisa menimbulkan masalah. Karena virus bisa menyerang lebih dari satu jenis sel, jika disuntikkan ke dalam tubuh bisa saja virus tersebut memasuki sel tubuh yang lain, bukan hanya sel kanker seperti yang diharapkan.
Atau, kalau gen yang ditransfer menempel pada lokasi yang salah dalam rantai DNA, hal ini bisa menimbulkan mutasi yang berbahaya, bahkan kanker jenis baru. Jika gen tersebut “salah sasaran” mengenai sel reproduksi, maka mutasi ini akan diturunkan juga pada keturunan penderita, jika kelak si penderita punya anak.
Ada juga kemungkinan gen yang ditransfer tersebut bereaksi berlebihan di lingkungan barunya (sel kanker) sehingga malah menimbulkan peradangan, atau memicu reaksi pertahanan/perlawanan dari sel kankernya. Bagaimana juga kalau virus yang telah direkayasa itu malah menular kepada orang lain yang sehat? Para ilmuwan terus mencari cara yang aman dan memberikan hasil paling optimal sesuai dengan kondisi penderita yang berbeda-beda. Baca juga Pengertian terapi gen Jenis-jenis terapi gen Vektor dalam terapi gen terapi gen senjata baru melawan penyakit
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Jenis-Jenis Terapi Gen (Gene Therapy)"
Posting Komentar