Saat kita membuka mata kita, kita mempersepsi dunia dengan mudah dan  jelas. Namun pertanyaan bagaimana sel syaraf di retina menyandikan apa  yang kita ‘lihat’ cukup sulit dan kabur. Hambatan utama memahami  bagaimana otak kita berfungsi adalah komponennya – sel syaraf – merespon  dengan cara sangat non linier pada stimuli kompleks, membuat hubungan  stimulus-respon sangat sulit dipelajari. Sekarang sebuah tim fisikawan dari Lembaga Studi Biologi Salk  telah mengembangkan sebuah kerangka matematik umum yang membuat kita  menggunakan pengukuran terbatas kita secara optimal, mendekatkan mereka  pada pemecahan sandi “bahasa otak.” Pendekatan ini, dijelaskan dalam  jurnal ilmiah Public Library of Science, Computational Biology, mengungkapkan pertama kalinya kalau hanya informasi mengenai pasangan pola stimulus temporal yang direlay ke otak.
“Kami  terkejut menemukan kalau kombinasi stimulus ordo tinggi tidak  disandikan, karena mereka sangat banyak dalam lingkungan alam kita,”  kata pemimpin studi Tatyana Sharpee, Ph.D., asisten profesor di  Laboratorium Neurobiologi Komputasi dan Ketua Pengembangan Neurobiologi  Helen McLorraine. “Manusia cukup sensitif pada perubahan dalam kombinasi  pola spasial ordo tinggi. Kami menemukan kasus yang sama tidak terjadi  pada pola temporal. Hal ini menunjukkan perbedaan dasar antara aspek  spasial dan temporal penyandian visual.”
Wajah  manusia adalah contoh sempurna kombinasi pola spasial ordo tinggi.  Semua komponennya – mata, hidung, mulut – memiliki hubungan spasial yang  sangat khas satu sama lain, dan bahkan Picasso tidak dapat, dalam  periode Kubisnya, membuang aturan ini sepenuhnya.
Distribusi  lonjakan sel syaraf yang merespon pada dua tampilan dapat memliki  bentuk yang sulit dipahami. (Credit: Courtesy of Dr. Tatyana Sharpee,  Salk Institute for Biological Studies)
Mata  kita mengambil dari lingkungan visual dan mengirim informasi mengenai  komponen individual, seperti warna, posisi, bentuk, gerak dan  kecemerlangan ke otak. Sel syaraf individual di retina terangsang oleh  tampilan tertentu dan merespon dengan sinyal listrik, atau lonjakan,  yang diteruskan ke pusat visual di otak, dimana informasi yang dikirim  oleh sel syaraf dengan berbagai pilihan dirakit dan diproses.
Untuk  peristiwa inderawi sederhana – seperti menyalakan lampu, misalnya –  kecemerlangan berkorelasi baik dengan probabilitas lonjakan dalam sel  sensitif kecemerlangan di retina. “Namun, dalam dekade terakhir, menjadi  jelas kalau sel syaraf sebenarnya menyandikan informasi mengenai  beberapa tampilan di saat bersamaan,” kata mahasiswa pasca sarjana dan  penulis pertama Jeffrey D. Fitzgerald.
“Hingga  titik ini, sebagian besar penelitian berfokus dalam menentukan tampilan  yang direspon sel ini,” kata beliau. “Pertanyaan jenis informasi apa  mengenai tampilan ini yang disandikan sel telah diabaikan. Pengukuran  langsung hubungan stimulus-respon sering menghasilkan bentuk aneh, dan  orang tidak memiliki kerangka matematika untuk menganalisanya.”
Untuk  mengatasi keterbatasan ini, Fitzgerald dan koleganya mengembangkan  model hubungan nonlinier sistem pemprosesan informasi dengan  memaksimalkan sebuah kuantitas yang disebut entropi derau. Entropi derau menunjukkan ketidakpastian mengenai probabilitas respon sel syaraf untuk memuncak terhadap sebuah stimulus.
Ketika  Fitzgerald menerapkan pendekatan ini untuk merekam sel syaraf visual  yang dilacak dengan film berkedip, yang dibuat oleh peneliti Lawrence  Sincich dan Jonathan Horton dari Universitas California di San  Fransisco, ia menemukan kalau rata-rata, korelasi ordo pertama  menyumbangkan 78 persen informasi tersandi, sementara korelasi ordo  kedua menyumbang 92 persen. Karenanya, otak menerima sangat sedikit  informasi mengenai korelasi yang lebih tinggi daripada ordo kedua.
“Sistem biologis pada semua tingkatan, dari molekul hingga ekosistem, semua dapat dipandang sebagai prosesor  informasi yang melacak peristiwa-peristiwa penting dalam lingkungan dan  mengubahnya menjadi informasi yang dapat ditindak,” kata Sharpee. “Kami  berharap kalau cara memfokuskan data dengan mengidentifikasi hubungan  stimulus-respon yang informatif dan kritis secara maksimal ini akan  berguna pada bidang lain biologi sistem.”
Penelitian  ini didanai sebagian oleh National Institutes of Health, Searle Scholar  Program, Alfred P. Sloan Fellowship, W.M. Keck Research Excellence  Award dan Ray Thomas Edwards Career Development Award in Biomedical  Sciences.
Sumber berita
Referensi jurnal:
Jeffrey D. Fitzgerald, Lawrence C. Sincich, Tatyana O. Sharpee. Minimal Models of Multidimensional Computations. PLoS Computational Biology, 2011; 7 (3): e1001111 DOI: 10.1371/journal.pcbi.1001111
http://www.faktailmiah.com/2011/04/06/bagaimana-sel-syaraf-di-retina-menyandikan-apa-yang-kita-%E2%80%98lihat%E2%80%99.html 
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

0 Response to "Bagaimana Sel Syaraf di Retina Menyandikan apa yang kita ‘Lihat’?"
Posting Komentar