Kontribusi Perubahan Iklim pada Penurunan Populasi Lebah

Penurunan global populasi lebah semakin mengkhawatirkan. Penelitian terbaru bahkan menunjukkan data tren penurunan yang memprihatinkan.

Meluasnya laporan tentang penurunan populasi lebah dan serangga bunga lainnya telah menimbulkan ketakutan dan spekulasi bahwa penyerbukan juga cenderung menurun. Studi dari Universitas Toronto baru-baru ini memberikan bukti jangka panjang pertama dari tren turunnya penyerbukan, yang juga merujuk pada perubahan iklim sebagai kontributornya.
“Jumlah lebah mungkin telah menurun di wilayah penelitian kami, tapi kami menduga bahwa ketidakcocokan perubahan iklim antara waktu saat bunga mekar dan ketika lebah muncul dari hibernasi merupakan faktor yang lebih penting,” kata James Thomson, seorang ilmuwan Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi.
Penelitian Thomson selama 17 tahun terhadap bunga lili liar di Pegunungan Rocky Colorado merupakan salah satu penelitian penyerbukan terpanjang yang pernah dilakukan. Penelitian ini menunjukkan penurunan progresif dalam penyerbukan selama bertahun-tahun, dengan defisit penyerbukan utama pada awal musim. Studi ini dipublikasikan dalam Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences tanggal 6 September.

Tiga kali setiap tahun, Thomson membandingkan tingkat pembuahan bunga yang tidak dimanipulasi dengan bunga yang diserbuki dengan tangan. “Pada awal tahun, ketika ratu lebah masih berhibernasi, tingkat pembuahan sangat rendah,” katanya, “Ini serius karena menunjukkan bahwa penyerbukan rentan bahkan di lingkungan yang relatif bebas dari pestisida dan gangguan manusia tapi tetap berpengaruh pada perubahan iklim.”
Thomson memulai studi jangka panjangnya di akhir tahun 1980 setelah membeli sebidang tanah dan bangunan sebuah pondok kayu terpencil di tengah padang rumput penuh bunga lili gletser. Karyanya telah didukung oleh U.S. National Science Foundation and the Natural Sciences dan Engineering Research Council of Canada.
Isu mengenai turunnya populasi lebah memang bukan hal yang baru. Sebagai contoh, populasi lebah madu liar di Amerika Serikat telah mengalami penurunan sekitar 90% dalam 50 tahun terakhir, kecuali untuk daerah Southwest di mana penurunan ini diganti dengan lebah Afrikanisasi (dikenal juga sebagai “lebah pembunuh”, merupakan hibrida dari lebah madu Afrika dengan berbagai lebah madu Eropa – wikipedia). Pada saat yang sama, pengelolaan koloni lebah madu pun mengalami banyak kegagalan. Hal ini kemudian diimbangi dengan peningkatan populasi penyerbuk alam asli di beberapa bagian Amerika Serikat, di mana sebagian digantikan dengan lebah madu invasif yang diimpor dari Eropa.
Di Amerika Utara, selama musim dingin dan musim semi tahun 2006 – 2007, penurunan yang cukup besar terjadi pada koloni lebah madu yang dikelola secara komersial, dengan kehilangan mencapai sepertiga dari populasi lebah. Peristiwa ini disebut sebagai colony collapse disorder, terjadi di 35 negara bagian Amerika Serikat yang mempengaruhi lebah madu, dan dilaporkan bahwa koloni lebah madu yang hilang di beberapa peternakan mencapai 80 hingga 100 persen.
Kasus semacam ini tentu luar biasa memprihatinkan. Kita dihadapkan pada kemungkinan yang lebih luas ke arah dampak lingkungan, dengan berbagai contoh terganggunya ekosistem dan keanekaragaman hayati, dan bukan tidak mungkin merembet pada perekonomian global. Bayangkan jika sekitar 80% spesies tanaman liar memerlukan serangga penyerbuk untuk pembuahan, dan sekitar 75% tanaman pertanian memerlukan penyerbukan oleh serangga yang kebanyakan adalah lebah. Jadi cukup menakutkan jika mempertimbangkan populasi global kita yang mencapai 6,8 miliar jiwa masih terus bertambah, sementara penyerbuk makanan kita justru menurun secara signifikan.

0 Response to "Kontribusi Perubahan Iklim pada Penurunan Populasi Lebah"

Posting Komentar