Proses Pembentukan Janin - Manusia
ada yang tinggi, mancung, sipit, rambut hitam, ikal lurus dan
lain-lain. Ternyata di balik semua itu manusia ibentuk melalui
mekanisme yang sama jauh di dalam rahim bunda tercinta. Berikut
penjabaran tentang mekanisme pembentukan janin, mulai dari penyatuan
gamet yaitu fertilisasi sampai dilahirkannya janin.
zigot yang terbentuk dari
penyatuan gamet akan mengalami berbagai proses menakjubkan yang akan
membuat kita berseru akan kebesaran Tuhan. Selamat membaca!
Pengertian Janin
Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam
kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh
induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan
muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa (Wildan yatim, 1990).
Sedangkan dalam Microsoft
Encarta 2006 disebutkan bahwa janin merupakan suatu hewan bertulang
belakang yang belum lahir pada suatu fase dimana semua ciri struktural
orang dewasa sudah dapat dikenal, terutama keturunan manusia yang belum
lahir setelah delapan minggu pertumbuhan.
Proses Pembentukan Janin
Spermatogenesis
Peralihan
dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta
menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara
berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan
diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim,
1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1.Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia
Spermatogonia
merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah)
dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel
sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatosit Primer
Spermatosit
primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin
banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan
meiosis II.
Sitokenesis
pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap
terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan
(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit
II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4
fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan.
Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan
membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu
dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia
yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak
terdiri dari :
-
-
Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
-
Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
-
Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
-
Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
-
b. Oogenesis
Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel
kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari
saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum
kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel
kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa
yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama
membentuk folikel primordial.
Folikel PrimordiaL
Folikel
primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini
dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya
berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak,
tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu
folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de
Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
Oosit Primer
Inti
(nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang
kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut
kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom
terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis
terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan
dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah
sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing
mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain
karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder.
Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan
polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami
degenerasi.
Pembelahan
meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit
sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan
bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa
pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan
salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan
demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama,
tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.
Oosit Sekunder
Pembelahan
meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa
menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk
ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga
badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang
berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami
degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai
mengalami perkembangan embrional.
Fertilisasi
Menurut
Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam
gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang
berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990)
fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah
spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru.
Spermatozoa
yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu
enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum
dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan
memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja.
Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke
dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua
dalam inti (nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu
bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).
Gambar 1. Fertilisasi dan pembelahan (sumber, microsoft encharta)
Perkembangan Janin di Rahim
Pembelahan
Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara
holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap
pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot.
Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel,
kemudian tingkat 4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel,
dan terus menerus hingga terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70
sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula.
Pembelahan
atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah berulang
kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer.
Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian
kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang
ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis
terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4
macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan
latitudinal
Blastulasi dan Nidasi
Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan
terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan
berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya
disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi.
Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan
berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam
uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di
dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan
mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke
tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium
uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)
Gastrulasi
Menurut
Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan
tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula
ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada
gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi
perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam
suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan,
sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat
merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini
menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam,
mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar.
Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan
perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha
mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu
dari spesies yang bersangkutan.
Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau
disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat
atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri
sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan
yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi
proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih,
yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk
definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula
differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh
menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis
bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi
differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada
bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot
rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera,
rangka dan alat urogenitalia.
Organogenesis
Organogenesis
atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitive yang berubah menjadi
bentuk yang lebih definitive dan memmiliki bentuk dan rupa yang
spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3
dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis
maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang
selanjutnya embryo disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Pada
periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan
differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga
menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk
yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir,
penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu
individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan
jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang
khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung:
-
Bumbung epidermis
Menumbuhkan:
-
-
Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
-
Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
-
Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
-
Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
-
Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
-
Lapisan enamel gigi.
-
2. Bumbung endoderm
-
-
Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
-
Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
-
Lapisan epitel paru atau insang.
-
Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
-
Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
-
3.Bumbung neural (saraf)
-
Otak dan sumsum tulang belakang.
-
Saraf tepi otak dan punggung.
-
Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
-
Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.
4.Bumbung mesoderm
-
-
Otot:lurik, polos dan jantung.
-
Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
-
Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
-
Ginjal dan ureter.
-
Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
-
Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
-
Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
-
Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
-
Pada
minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat
cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio
berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah
mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo
berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai
memanjang dan lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah
tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio
akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
b. Tahap Perkembangan Fetus/Janin
Tahap perkembangan janin dimulai pada bulan ke 3 sampai ke 10.
Pada
6 bulan terakhir perkembangan manusia digunakan untuk meningkatkan
ukuran dan mematangkan organ-organ yang dibentuk pada 3 bulan pertama.
Pada saat janin memasuki bulan ke 3, panjangnya 40 mm. Janin sudah
mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa. Pada
usia ini genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan
tampak seperti betina serta denyut jantung sudah dapat didengarkan.
Pada bulan ke 4 ukuran janin 56 mm. Kepala masih dominan dibandingkan
bagian badan, genitalia eksternal nampak berbeda. Pada minggu ke 16
semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat
dirasakan oleh ibu.
Pada bulan ke 5 ukuran janin 112 mm, sedangkan akhir bulan ke 5 ukuran
fetus mencapai 160 mm. Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai
nampak diseluruh tubuh (lanugo). Pada yang jantan testis mulai
menempati tempat dimana ia akan turun ke dalam skrotum. Gerakan janin
sudah dapat dirasakan oleh ibu. Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi
belum berfungsi.
Pada bulan ke 6 ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus, organ internal sudah pada posisi normal.
Pada bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah. Skrotum
berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini
selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup untuk
mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup.
Pada bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi
lemak sehingga terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika
dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
Pada bulan ke 9, janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa). Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
Pada bulan ke 10, tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi
berkurang dan lanugo mulai menghilang. Percabangn paru lengkap tapi
tidak berfungsi sampai lahir. Induk mensuplai antibodi plasenta mulai
regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
Karakteristik Janin
Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses
terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasai
gonad. Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal
menjadi organ jantan dan yang X menjadi organ betina. Deferensiasi
lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom X membentuk
ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi
cortex dari gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di
celah tubulus sel mesenkim membentuk jaringan intertistial bersama sel
leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli membentuk testosteron dan
duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya faktor anti
duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas
deferent, vesikula seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5
alfareduktase testosteron berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron
yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra.
Selanjunya mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian
testis turun ke pelvis terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada
di cekukan bakal skrotum saat skrotum mkin lmamakin besar testis
terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan
kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer
berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah,
epitel germinal menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi
folikel telur. Deferensiasi gonad jadi ovarium terjadi setelah beberapa
hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium
sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel
induk menjadi oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada
perempuan duktus mesonefros degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi
menjadi ovarium turun smpai rongga pelvis kemudian berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis
dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina
ectoderm. Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak
berkembang secara sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang
bersama terbawanya sinus urogenitalis dari cloaca.
Pengeluaran Bayi
Kelahiran
bayi dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama, proses persiapan
persalinan. Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim
sampai penuh. Selanjutnya, tahap kedua
adalah kelahiran bayi yang keluar dengan selamat. Tahap ketiga,
pengeluaran plasenta. Tahap berikutnya adalah observasi terhadap ibu
selama satu jam usai plasenta keluar.
Tahapan yang pertama adalah kontraksi. Ini
biasanya fase paling lama. Pembukaan leher rahim (dilatasi) sampai 3
cm, juga disertai penipisan (effasi). Hal ini bisa terjadi dalam waktu
beberapa hari, bahkan beberapa minggu, tanpa kontraksi berarti (kurang
dari satu menit). Tapi pada sebagian orang mungkin saja terjadi hanya
2-6 jam (atau juga sepanjang 24 jam) dengan kontraksi lebih jelas.
Setelah itu leher rahim akan semakin lebar.Umumnya fase ini lebih
pendek dari fase sebelumnya, berlangsung sekitar 2-3 jam. Kontraksi
kuat terjadi sekitar 1 menit, polanya lebih teratur dengan jarak 4-5
menit. Leher rahim membuka sampai 7 cm.
Secara
umum dan normal, pembukaan leher rahim akan terus meningkat dengan
kontraksi yang makin kuat. Terjadi 2-3 menit sekali selama 1,5 menit
dengan puncak kontraksi sangat kuat, sehingga ibu merasa seolah-olah
kontraksi terjadi terus-menerus tanpa ada jeda.
Pembukaan
leher rahim dari 3 cm sampai 10 cm terjadi sangat singkat, sekitar 15
menit sampai 1 jam. Saat ini calon ibu akan merasakan tekanan sangat
kuat di bagian bawah punggung. Begitu pula tekanan pada anus disertai
dorongan untuk mengejan. Ibu pun akan merasa panas dan berkeringat
dingin.
Posisi
calon ibu saat melahirkan turut membantu lancarnya persalinan. Posisi
setengah duduk atau setengah jongkok mungkin posisi terbaik karena
posisi ini memanfaatkan gaya berat dan menambah daya dorong ibu.
Pengeluaran plasenta
Rasa
lelah ibu adalah hal yang tersisa ketika bayi sudah keluar, tapi tugas
belum berakhir. Plasenta yang selama ini menunjang bayi untuk hidup
dalam rahim harus dikeluarkan.
Mengerutnya
rahim akan memisahkan plasenta dari dinding rahim dan menggerakkannya
turun ke bagian bawah rahim atau ke vagina. Ibu hanya tinggal
mendorongnya seperti halnya mengejan saat mengeluarkan bayi. Hanya saja
tenaga yang dikeluarkan tak sehebat proses pengeluaran bayi. Apabila
plasenta telah keluar, akan segera dijahit robekan atau episiotomi
sehingga kembali seperti semula.
Rujukan:
Corebima, AD. 1997. Genetika Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press
Hamilton, W.J dkk. 1957. Human Embryology. Cambridge: W. Heffer % Sans Limited.
Moore, Keith L. 1988. The Developing Human. Canada: W.B Saunders Company.
Sudarwati, Sri.dkk. 1990. Dasar-Dasar Struktur dan Perkembangan Hewan. Bandung: Penerbit ITB
Tenzer, A dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Perkembangan Hewan. Malang: JICA UM Malang.
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito Penerbit buku
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Proses Pembentukan janin"
Posting Komentar