Kita pasti mengenal bambu. Tanaman ini hidup di dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 300 m dpl. Di Indonesia sendiri ada kurang lebih 60 jenis yang bisa ditemukan. Dari bambu kita bisa mempelajari banyak hal yang berguna untuk kehidupan kita. (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/bambu%20lkp.pdf).
Bambu selalu tumbuh bergerombol. Hidup bersama. tak ada bambu yang tumbuh sendiri. Ini mengandung arti bahwa dengan bersatu kita akan menjadi kuat dan lebih mudah untuk mencapai kesejahteraan. Persatuan inilah yang saat ini mulai luntur (kalau tidak mau dikatakan hilang) dari bangsa ini. Banyak komponen bangsa hanya bekerja untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Yang penting aku, kelompokku, golonganku yang lain… gue kagak peduli. Kalau memang aku, kelompokku, golonganku sudah kecukupan bahkan berlimpah-limpah sementara yang lain hidup dalam kemiskinan… gue kagak peduli. Sementara yang lain sibuk gontok-gontokan, tawuran, saling serang, saling melukai bahkan saling bunuh, untuk sesuatu yang kadang sepele dan di luar akal sehat. Kalau hal ini yang terus-terusan kita hidupi, tidak salah rasanya jika membayangkan negara kita tercinta ini akan semakin mandeg, tidak akan berkembang dan cenderung makin terbelakang, bahkan karam. Mau?
Bambu tumbuh ke atas bukan ke samping atau pun ke bawah. Pertanda dalam hidup kita harus senantiasa mengarahkan kehidupan kita, berserah diri dan hanya memohon pertolongan-Nya. Ketika kita bisa melakukannya dengan penuh kesungguhan, hidup kita pun akan bertumbuh dengan subur dan menghasilkan buah-buah melimpah baik untuk diri sendiri maupun untuk sesama.
Bambu meskipun tumbuh tinggi, ia tidak akan patah sekalipun tertiup angin yang kencang. Ia akan tetap bertahan dengan kokohnya. Sama seperti kehidupan kita. Selama kita menghirup udara di dunia ini pasti akan ada masalah yang menghadang, berat maupun ringan, sedikit ataupun banyak. Apa yang kita lakukan ketika berhadapan dengan hal tersebut? Menghadapinya dengan tabah dan berusaha mencari jalan pemecahan terbaik atau justru lari menghindar? Satu hal yang mesti selalu kita ingat; seberat apapun masalah yang kita hadapi tidak akan pernah melebihi kuasa-Nya. Masalah adalah ujian yang diberikan-Nya untuk semakin memurnikan kehidupan kita.
Seluruh bagian dari bambu memberi manfaat untuk manusia. Bambu muda atau yang lebih dikenal dengan istilah rebung dapat dipakai untuk bahan sayur. Juga untuk isian utama penganan khas kota Semarang yang disebut Lumpia. Batang bambu yang sudah cukup umur digunakan untuk membangun rumah, membuat jembatan (darurat), membuat rakit, pagar rumah, serta berbagai kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi. Daun bambu dipakai sebagai kompos yang sangat berguna bagi tanaman hias. Bagaimana dengan kita? Apakah semua perlengkapan yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada kita sudah kita gunakan untuk hal-hal yang baik? Pikiran untuk memikirkan dan merencanakan segala hal yang memberi manfaat untuk kehidupan bersama bukan malah untuk merancang aneka konspirasi yang akan mencelakakan orang lain. Mata untuk melihat kebenaran. Telinga untuk mendengar yang baik. Mulut menjadi sarana untuk mengucapkan hal-hal yang akan memberi semangat bagi orang lain bukan untuk memaki, menghina atau berkata-kata penuh kesombongan. Tangan untuk memberi salam dan bekerja secara halal. Tidak digunakan untuk memukul tanpa alasan jelas, mencuri dan mengambil apa yang bukan menjadi haknya (korupsi). Kaki dipakai untuk melangkah ke tempat mencari nafkah secara halal, ke tempat ibadah untuk memanjatkan syukur atas anugerah Tuhan dan pulang kembali ke rumah, bertemu dengan orang-orang tercinta, setelah seharian bekerja.
Apakah kita sudah melakukan semua itu dengan konsisten? Jika belum, marilah kita bersama-sama mulai hari ini, saat ini, detik ini, belajar menjadi seperti bambu untuk semakin memperkembangkan kehidupan bersama. Semoga.
http://iphunkjie.blogspot.com/2011/03/belajar-dari-bambu.html
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "BELAJAR DARI BAMBU"
Posting Komentar