Para peneliti yang bekerja dengan tikus telah menemukan bahwa ketika suatu protein dihapus dari wilayah otak yang bertanggung jawab untuk mengingat rasa takut, mereka secara permanen dapat menghapus kenangan traumatik. Laporan mereka tentang penghapusan memori rasa takut pada hewan pengerat tersebut, muncul minggu ini di Science Express.
“Ketika peristiwa traumatis terjadi, itu menciptakan memori ketakutan yang dapat bertahan seumur hidup dan berefek melemahkan pada kehidupan seseorang,” ujar Richard L. Huganir, Ph.D., profesor dan direktur ilmu saraf di Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins dan Peneliti Institut Howard Hughes Medical. “Temuan kami menggambarkan mekanisme molekuler dan seluler. Temuan ini memungkinkan dalam memanipulasi mekanisme tersebut dengan obat-obatan, sehingga dapat meningkatkan terapi perilaku terhadap kondisi seperti gangguan stress pasca-trauma.”
Terapi perilaku yang dibangun di seputar “pelatihan pemunahan” pada model hewan telah terbukti membantu meringankan kedalaman tanggapan emosional pada kenangan traumatis, tapi tidak sepenuhnya menghapus memori itu sendiri.
Huganir bersama sesama pasca-doktoral, Roger Clem, berfokus pada sirkuit saraf di amigdala, bagian otak yang dikenal mendasari kondisi rasa takut pada manusia maupun hewan. Dengan menggunakan suara yang mengisyaratkan ketakutan pada tikus, mereka mengamati bahwa sel-sel tertentu di dalam amigdala bereaksi lebih aktif setelah tikus dikejutkan dengan nada keras yang tiba-tiba.
Dengan harapan dapat memahami dasar-dasar pembentukan molekul dari memori rasa takut, tim peneliti memeriksa lebih lanjut protein dalam sel-sel saraf amigdala sebelum dan sesudah membunyikan nada keras. Mereka menemukan peningkatan sementara sejumlah protein tertentu – AMPAR penyerap-kalsium – dalam beberapa jam. Kondisi ketakutan tersebut memuncak selama 24 jam, dan 48 jam kemudian menghilang.
Karena protein khusus ini secara unik tidak stabil dan bisa dihilangkan dari sel-sel saraf, para ilmuwan mengusulkan bahwa mereka mungkin bisa secara permanen menghilangkan rasa takut dengan cara menggabungkan terapi perilaku dan menyingkirkan protein tersebut. “Idenya adalah menghilangkan protein itu dan melemahkan sambungan di otak yang diciptakan oleh trauma, sehingga menghapus memori itu sendiri,” kata Huganir.
Dalam penelitian lebih lanjut, mereka menemukan bahwa penghilangan protein ini tergantung pada modifikasi kimia protein GluA1. Tikus yang kekurangan modifikasi kimia GluA1 ini tidak lagi mengingat rasa takut terhadap nada keras, sedangkan pasangannya yang masih memiliki protein GluA1 normal, tetap terpengaruh oleh memori rasa takut yang sama. Huganir menunjukkan bahwa obat yang dirancang untuk mengontrol dan meningkatkan penghapusan AMPAR penyerap-kalsium dapat digunakan untuk meningkatkan penghapusan memori.
“Hal ini mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah, kemampuan selektif menghapus memori,” kata Huganir. “Tapi suatu hari nanti mungkin ini bisa diaplikasikan pada pengobatan untuk melemahkan kenangan rasa takut dalam diri manusia, seperti sindrom stress pasca-trauma yang berhubungan dengan perang, pemerkosaan atau peristiwa traumatis lainnya.”
Penelitian ini didanai oleh Institut Kesehatan Nasional dan Institut Kedokteran Howard Hughes.
Sumber Artikel: gazette.jhu.edu
Kredit: Universitas Johns Hopkins
Informasi Lebih Lanjut:
Publication: Science, Calcium-Permeable AMPA Receptor Dynamics Mediate Fear Memory Erasure, by R.L. Clem; R.L. Huganir at Howard Hughes Medical Institute in Baltimore, MD; R.L. Clem; R.L. Huganir at Johns Hopkins University School of Medicine in Baltimore, MD.
Kredit: Universitas Johns Hopkins
Informasi Lebih Lanjut:
Publication: Science, Calcium-Permeable AMPA Receptor Dynamics Mediate Fear Memory Erasure, by R.L. Clem; R.L. Huganir at Howard Hughes Medical Institute in Baltimore, MD; R.L. Clem; R.L. Huganir at Johns Hopkins University School of Medicine in Baltimore, MD.
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Ilmuwan Menemukan Cara Menghilangkan Memori"
Posting Komentar