Spesies Anggrek yang Piawai Menipu Lalat Apung

"Spesies ini memberikan imbalan bagi para penyerbuknya dengan menyediakan sejumlah besar nektar."

Para ilmuwan telah menemukan trik yang digunakan oleh anggrek Epipactis veratrifolia untuk menarik lalat apung penyerbuk. Tanaman bunga ini mempraktekkan peniruan khusus: yaitu dengan menghasilkan zat kimia yang biasanya dikeluarkan sebagai feromon alarm di antara kutu-kutu daun. Lalat apung betina yang mencium aroma alarm tersebut lantas bertelur di situ, berharap kutu-kutu itu kelak berfungsi sebagai makanan bayi bagi larva menetas mereka. Dengan meniru feromon alarm ini, anggrek mengambil keuntungan dari lalat apung betina, menipu mereka ke dalam penyerbukan bunganya.
Penelitian ini dipublikasikan dalam Proceedings of the Royal Society B.
Bahkan Darwin mengakui dirinya sebagai pencinta anggrek. Kamus-kamus menggambarkan anggrek sebagai tanaman hias eksotis. Memang, tanaman ini – yang terdiri lebih dari 30.000 spesies berbeda yang diperkirakan ada – eksotis karena morfologi bunga yang luar biasa dan beragam. Bagaimanapun juga, mereka juga eksotis dari sudut pandang selain kecantikan, yaitu sebagai penipu licik dalam rangka mencapai reproduksi dan untuk memastikan bahwa indung telur mereka memperoleh penyerbukan. Anggrek tergantung pada bantuan dari penyerbuk, dan seperti banyak tanaman bunga lainnya, caranya dengan menarik minat serangga.

Epipactis veratrifolia, anggrek asal Turki Selatan, Timur Tengah, dan Siprus, memiliki spesialisasi tentang lalat apung. Karena serangga-serangga ini lebih menyukai kutu daun sebagai makanan untuk larva mereka, anggrek menghasilkan tiga zat alarm kutu daun, pinene-alpa dan -beta, serta myrcene-beta dan phellandrene-beta, yang semuanya dapat menarik minat lalat apung betina. Hebatnya lagi, seperti yang diamati oleh para ilmuwan, bahkan lalat apung jantan pun berkeliaran di sekitar anggrek, berharap ada kesempatan untuk bersetubuh dengan betina menarik.
“Lalat apung betina maupun jantan menikmati sejumlah kecil nektar yang disediakan bunga anggrek. Kedua jenis kelamin itu berfungsi sebagai pemancar serbuk sari,” kata ahli ekologi, Johannes Stökl. Zat alarm menarik lima spesies berbeda lalat apung yang memakan kutu daun. Betina meletakkan semua telurnya ke dalam bunga anggrek meskipun tidak ada kutu daun di situ. “Kami berasumsi, serangga tidak hanya tertipu oleh feromon alarm kutu daun, tetapi juga tertipu oleh kutil-kutil gelap mirip-kutu daun yang terdapat pada bunga anggrek tersebut,” jelas Bill Hansson, direktur di Institut Max Planck.
Spektra massa dan elektroantenogram
Spesies kutu Megoura viciae disukai oleh lalat apung Episyrphus balteatus karena menghasilkan pinene-alpa dan -beta serta myrcene-beta. Zat-zat velotil (yang mudah menguap) ini menghasilkan impuls listrik yang terukur pada antena lalat apung. Percobaan perilaku yang dilakukan oleh tim peneliti mendukung asumsi bahwa itu tepatnya merupakan zat-zat yang menarik lalat apung dan mendorong oviposisi (proses bertelur – wikipedia.org). Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa anggrek Epipactis veratrifolia tidak meniru feromon alarm hanya pada satu spesies kutu saja, karena volatil-volatil yang dipancarkan oleh kutu daun dan bunga, berbeda dalam jumlah dan konstitusi.
Sebuah jalan buntu evolusi?
Apakah Epipactis veratrifolia adalah penipu yang kejam? Johannes Stökl menjawab: “Paling tidak tanaman ini memberikan sedikit nektar untuk lalat apung yang ditipunya. Hal ini sebanding dengan dua spesies yang terkait, yaitu anggrek E. helleborine dan E. purpurata, yang memancing serangga pelit dengan meniru mangsanya, sebagian besar adalah larva kupu-kupu. Namun, tidak seperti Epipactis veratrifolia, spesies ini memberikan imbalan bagi para penyerbuknya dengan menyediakan sejumlah besar nektar.”
Namun demikian, ilmuwan mengklasifikasikan anggrek helleborine rawa Timur sebagai penipu yang berbahaya, karena larva lalat apung yang menetas dari telur yang diletakkan di dalam bunganya tidak akan menemukan makanan di sana dan pastinya akan mati. Dari perspektif evolusi, ini tampaknya kontradiksi: Jika larva lalat apung mati, maka populasi spesies ini hancur, dan sebagai konsekuensi, jumlah penyerbuk akan menurun.
“Kami tidak dapat memberikan penjelasan yang koheren mengenai konflik ini. Namun, kami dapat membayangkan dari mana peniruan feromon alarm ini berasal,” kata Bill Hansson. Tanaman ini sangat bebas dari kutu, mungkin karena emisi pinine-alpa dan -beta. Kedua volatil ini dihasilkan oleh kutu daun jika berada dalam bahaya. Oleh karena itu, kutu daun menghindari segala sesuatu yang beraroma pinine-alpa dan beta. Kedua zat itu mungkin awalnya digunakan oleh helleborine rawa Timur sebagai pertahanan terhadap kutu daun. Namun, begitu lalat apung tertipu dan mengira itu sebagai volatil kutu daun, maka mereka pun dilayani dengan tujuan menarik minat para penyerbuk.
Sumber Artikel: eurekalert.org
Referensi Jurnal:
J. Stokl, J. Brodmann, A. Dafni, M. Ayasse, B. S. Hansson. Smells like aphids: orchid flowers mimic aphid alarm pheromones to attract hoverflies for pollination. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 2010; DOI: 10.1098/rspb.2010.1770

0 Response to "Spesies Anggrek yang Piawai Menipu Lalat Apung"

Posting Komentar