Nyamuk Malaria Berevolusi lebih cepat Menjadi Spesies Baru

Jumat, 22 Oktober 2010 - Ini menunjukkan bahwa banyak area genetik yang berbeda di antara genom M dan S cenderung mempengaruhi perkembangan nyamuk, perilaku makan, dan reproduksi.

Dua jenis nyamuk yang bertanggung jawab atas sebagian besar transmisi malaria di Afrika telah berevolusi menjadi spesies yang berbeda, demikian menurut para peneliti dalam dua penelitian terbaru yang diterbitkan pada jurnal Science.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lebih dari 200 juta orang di dunia terinfeksi malaria, dan mayoritas orang-orang ini tinggal di Afrika. Malaria membunuh satu anak dalam setiap 30 detiknya.
Upaya riset internasional, yang dipimpin oleh para ilmuwan dari Imperial College London, melihat dua keturunan dari nyamuk Anopheles gambiae, jenis nyamuk yang bertanggung jawab pada transmisi malaria di daerah Sahara Afrika. Dua keturunan ini, yang dikenal sebagai M dan S, secara fisik identik. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mereka memiliki perbedaan genetik sehingga mereka tampaknya menjadi spesies yang berbeda. Akibatnya, upaya untuk mengendalikan populasi nyamuk mungkin efektif terhadap satu keturunan nyamuk tetapi tidak pada keturunan yang lainnya.

Para ilmuwan berpendapat, ketika para peneliti tengah mengembangkan cara-cara baru untuk mengendalikan nyamuk malaria, misalnya dengan membuat insektisida baru atau mencoba mengganggu kemampuan nyamuk bereproduksi, mereka perlu memastikan bahwa upaya tersebut harus efektif pada kedua keturunan.
Para penulis juga menyebutkan bahwa nyamuk berevolusi lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya, artinya, para peneliti perlu terus memantau genetik dari keturunan nyamuk yang berbeda dengan sangat teliti, dalam rangka untuk mengawasi perubahan yang memungkinkan nyamuk menghindari tindakan pengendalian di masa depan.
Profesor George Christophides, salah seorang peneliti dari Divisi Sel dan Biologi Molekular di Imperial College London, mengatakan, “Malaria merupakan penyakit mematikan yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia serta kalangan anak-anak di Afrika, hal ini menyebabkan satu kematian dari setiap lima kematian. Kita tahu bahwa cara terbaik untuk mengurangi jumlah orang yang kontrak dengan malaria adalah dengan mengontrol nyamuk yang membawa penyakit ini. Studi kami membantu kita untuk memahami susunan nyamuk yang menularkan malaria, sehingga kita dapat menemukan cara-cara baru untuk mencegah mereka menginfeksi orang.”
Dr Mara Lawniczak, pemimpin peneliti lain dari Divisi Sel dan Biologi Molekular di Imperial College London, menambahkan, “Dari studi baru kami, kita dapat melihat bahwa nyamuk berkembang lebih cepat dari yang kita duga, dan yang sayangnya, strategi yang mungkin berhasil untuk melawan satu keturunan nyamuk mungkin tidak efektif terhadap yang lain. Sangatlah penting untuk mengidentifikasi dan memonitor perubahan genetik tersembunyi pada nyamuk jika kita ingin berhasil membawa malaria di bawah kendali dengan cara menargetkan nyamuk.”
Para peneliti mencapai kesimpulan mereka setelah melakukan analisis yang paling rinci terhadap genom dari jenis M dan S, dua keturunan nyamuk Anopheles gambiae, dengan lebih dari dua studi. Penelitian pertama, yaitu mengurutkan genom kedua keturunan, mengungkapkan bahwa M dan S secara genetik sangat berbeda dan perbedaan genetiknya tersebar di seluruh genom mereka. Studi sebelumnya hanya mendeteksi ‘hot spot‘ beberapa perbedaan antara genom dari dua keturunan ini. Pekerjaan tersebut menunjukkan bahwa banyak area genetik yang berbeda di antara genom M dan S, yang cenderung mempengaruhi perkembangan nyamuk, perilaku makan, dan reproduksi.
Dalam studi kedua, para peneliti melihat banyak individu nyamuk keturunan M dan S, beserta keturunan yang disebut Bamako, dan membandingkan 400.000 titik yang berbeda dalam genom mereka di mana variasi genetiknya telah diidentifikasi, untuk menganalisis bagaimana nyamuk-nyamuk tersebut berevolusi. Hal ini menunjukkan bahwa keturunan-keturunan ini tampaknya berevolusi secara berbeda, mungkin akibat menanggapi faktor-faktor di lingkungan khusus mereka – misalnya, habitat larva yang berbeda atau patogen dan predator yang berbeda. Penelitian ini adalah yang pertama yang melakukan analisis genetik invertebrata seraca rinci, dengan menggunakan larik genotipe kepadatan tinggi.
Sebagai langkah berikutnya dalam penelitian mereka, para peneliti Imperial kini melakukan kajian asosiasi genome nyamuk, menggunakan genotyping chip yang dirancang khusus untuk studi kedua mereka. Tujuannya mencari variasi dalam gen nyamuk yang mempengaruhi kecenderungan mereka untuk menjadi terinfeksi dengan malaria dan patogen lainnya.
Kedua studi yang baru saja dipublikasikan ini merupakan kolaborasi antara para peneliti di Imperial dan rekan-rekan internasional, yang melibatkan peneliti dari berbagai institusi termasuk Universitas Notre Dame, Institut JC Venter, Universitas Washington dan Institut Broad. Pendanaan untuk proyek-proyek ini berasal dari National Human Genome Research Institute, National Institutes of Health, BBSRC, dan Burroughs Wellcome Fund.
Sumber Artikel: alphagalileo.org

0 Response to "Nyamuk Malaria Berevolusi lebih cepat Menjadi Spesies Baru"

Posting Komentar