"Keanekaragaman hayati dalam keadaan putus asa. Situasinya semakin memburuk. Tapi hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kita dapat mengubah situasi tersebut.
Rata-rata, 52 jenis mamalia, burung dan amfibi mengambil langkah signifikan ke arah kepunahan setiap tahunnya, demikian menurut sebuah analisis besar terbaru.
Tapi seandainya tidak ada upaya konservasi, kepunahan akan lebih cepat, lapor para peneliti pada hari Selasa.
Upaya menyelamatkan hewan langka membuat sebuah perbedaan, meskipun sekitar 1 dari 5 spesies bertulang belakang di dunia – seperti mamalia, burung, reptil, amfibi dan ikan – terancam punah, demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan online di jurnal Science.
Laporan itu dirilis sebagai delegasi dari pertemuan 190 negara pada sebuah konferensi PBB di Nagoya, Jepang, untuk menetapkan 20 target yang terukur dalam memerangi hilangnya keragaman spesies.
“Hasil kami seharusnya menjadi panggilan bagi para pemerintah di Nagoya,” kata Stuart Butchart, penulis studi dan koordinator penelitian global di BirdLife International. “Keanekaragaman hayati dalam keadaan putus asa. Situasinya semakin memburuk. Tapi hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kita dapat mengubah situasi tersebut. Kita hanya perlu lebih memperbesar kemauan politik dan sumber daya.”
Penelitian ini menyoroti hampir 26.000 spesies vertebrata – hewan bertulang belakang – yang status konservasinya berada pada “Daftar Merah” dari Serikat Internasional untuk Konservasi Alam. Ditemukan bahwa sekitar seperlima spesies vertebrata berada dalam status “terancam,” yang berarti mereka mendekati kepunahan dalam waktu dekat. Itu berkisar dari 13 persen burung hingga 41 persen amfibi.
Angka seperlima tidak terlalu mengejutkan, tetapi studi baru ini merupakan audit global pertama terhadap vertebrata, kata Craig Hilton-Taylor dari IUCN, dan juga sebagai penulis studi.
Untuk menemukan trennya, penulis menggunakan ukuran statistik yang melacak bagaimana spesies tertentu telah berpindah di antara delapan kategori dari Daftar Merah – sebuah indikasi membaik atau memburuknya status konservasi mereka. Karena keterbatasan data, mereka berfokus pada burung, mamalia dan amfibi. Hasilnya diterjemahkan menjadi rata-rata 52 spesies bergerak satu kategori mendekati kepunahan setiap tahunnya.
Amfibi, yang meliputi katak dan salamander, menunjukkan penurunan tercepat, dengan berbagai mamalia kedua. Kecenderungan adalah kurang parah untuk burung, masih termasuk spesies seperti burung Hose’s broadbill berwarna hijau dari Malaysia dan Indonesia, yang telah mengalami penurunan di habitat hutan.
Sekitar seperenam penurunan pada status konservasi dalam studi ini menghasilkan kepunahan, kata para penulis. Kepunahan meliputi katak emas Kosta Rika dan burung hutan Hawaii yang disebut Kamao.
Untuk mempelajari apakah upaya konservasi, seperti melindungi habitat atau mengontrol predator, cukup membantu, para penulis menguji kasus-kasus di mana status suatu spesies diperbaiki, bergerak menjauhi kepunahan. Kasus itu terjadi pada 68 dari 928 reklasifikasi yang mereka temukan, hampir seluruhnya karena tindakan konservasi, kata para penulis. Hampir semua mamalia atau burung yang terlibat, karena mereka memiliki sejarah yang lebih panjang dan pendanaan yang lebih baik untuk upaya konservasi, kata para penulis.
Ikan paus bungkuk, misalnya, berpindah dari status “rentan” menjadi berada pada risiko kepunahan yang rendah karena perlindungan terhadap perburuan ikan paus komersial, kata para penulis.
Kabar buruk dan kabar lebih buruk lagi
Para peneliti menghitung, keseluruhan perjalanan menuju kepunahan akan menjadi sekitar 20 persen lebih cepat jika tidak ada langkah-langkah konservasi yang telah diambil. Tetapi mereka juga mengatakan, dampak sesungguhnya adalah jauh lebih besar daripada perhitungan yang bisa mereka tunjukkan.
“Konservasi berhasil, hanya saja tidak cukup” pada level saat ini, kata Ana Rodrigues dari Pusat Evolusi dan Fungsional Ekologi di Montpellier, Perancis, juga sebagai penulis studi.
Stuart Pimm, seorang ahli konservasi dari Universitas Duke yang tidak ikut serta dalam studi ini, setuju bahwa hasil memuat berita baik.
“Banyak dari spesies-spesies tersebut akan bergerak jauh lebih cepat (menuju kepunahan) jika bukan karena upaya konservasi,” katanya. “Upaya konservasi benar-benar berhasil, hanya saja tidak membendung sepenuhnya lingkup hilangnya spesies. Tren keseluruhan masih terus menurun.”
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Hasil Survei Global: Seperlima Vertebrata di Dunia Terancam Punah"
Posting Komentar