Raillietina tetragona merupakan cacing pita ukuran sedang, yang mempunyai panjang 25 cm dan lebar 3 mm dan skoleks. Cacing ini menyerang bagian usus kecil unggas.yang melekat pada mukosa usus di daerah separuh bagian belakang. Masa prepaten minimum setelah sistiserkoid termakan hospes adalah 13 hari (Tabbu, 2002). Telur yang dihasilkan berdiameter 25-50 mikron dan pada umumnya disimpan dalam satu kantong. Siklus hidup cacing ini melewati inang perantara yang berupa lalat dan serangga. Unggas terinfeksi dengan memakan hospes perantara yang mengandung sistiserkoid. Sistiserkoid terbebes dari tubuh hospes oleh aksi dari enzim pencernaan. Skolek kemudian akan menempel pada dinding usus. Proglotid baru akan mulai terbentuk dalam 3 minggu setelah infeksi. Proglotid imature akan berkembang menjadi proglotid gravid yang berisi telur. Proglotid gravid akan lepas dan ikut bersama feses. Proglotid akan termakan hospes perantara dan onkosfer akan aktif dan berkembang menjadi sistiserkoid (Levine, 1994).
Unggas yang terserang cacing pita akan mengalami kekurusan, kelesuan, dan anemia yang pada akhirnya akan diikuti dengan merosotnya produksi. Siklus hidup cacing pita yang juga dikenal dengan cestoda pada unggas umumnya melewati inang perantara/vektor seperti kepiting, kutu air, crustacea dan katak (unggas air). sedang pada unggas darat (ayam) lebih sering menggunakan inang perantara insekta terbang (lalat, kumbang), semut dan cacing tanah. Karena vektor yang berupa insekta terbang inilah yang menjadikan cacing pita mudah tersebar secara luas. Selain itu, telur-telur cacing pita pada umumnya mempunyai kemampuan yang hebat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (Anonime, 2002). SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
0 Response to "Raillietina tetragona"
Posting Komentar