DIET THERAPY PADA OBESITAS

PENDAHULUAN
Obesitas atau kegemukan merupakan suatu keadaan fisiologis dimana lemak disimpan secara berlebihan didalam jaringan tubuh. Seseorang dikatakan mengalami obesitas bila berat badan melebihi 10% dari berat badan ideal. Obesitas adalah merupakan permasalahan sejak zaman dahulu kala. Keadaan ini adalah merupakan salah satu kelainan metabolisme yang paling lama tercatat dalam suatu sejarah seperti terlihat pada sebuah patung tanah liat yang berasal dari zaman lebih kurang 22.000 SM. Patung tersebut menggambarkan seorang wanita setengah baya yang obes. Obesitas kemudian masih selalu tercatat sepanjang sejarah, sejak zaman Mesir dan Yunani purba, bahkan sampai sekarangpun tetap menjadi persoalan, terutama dalam hal pengobatannya.
Obesitas menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi psikososial maupun masalah medis. Orang yang obes mempunyai banyak kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari dan orang yang obes pun mengeluarkan biaya sehari-hari untuk pakaian dan makanan yang lebih besar dan dapat pula mempunyai masalh dalam hubungan suami istri dan pada anak kecil sering ditemukan persoalan identifikasi diri. Dari sudut medis penderita lebih sering untuk sakit. Penderita obesitaspun mempunyai angka harapan hidup yang lebih rendah dari populasi berat badan normal. Data New York Metropolitan life Insurance menunjukkan bahwa pada kelompok umur 40-69 tahun yang obes ditemukan angka kematian 42% lebih besar daripada rata-rata pada laki-laki dan 36% lebih besar daripada rata-rata pada wanita. Bagi si penderita obesitas sendiri dapat pula timbul rasa rendah diri, rasa tertekan, serta keputusasaan dan menimbulkan keinginan yang besar untuk menjadi lebih ramping, yang terlihat dengan keinginan untuk menjalani berbagai macam program diet.
PEMBAHASAN
Diet terhapy obesitas
2.1.1 Pengertian obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Seperti pernyataan diatas bahwa secara klasik obesitas telah diidentifikasi bobot yang lebih besar dari 20% bobot yang layak bagi wanita dan pria untuk tinggi tertentu. Obesitas disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi, dimana energi terlalu banyak dibanding kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak pada keadaan normal, jaringan lemak ditimbun dibeberapa tempat tertentu, diantaranya dalam jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus (omentum).
Obesitas itu sendiri adalah istilah untuk menyatakan badan. Obesitas berarti lemak tubuh yang dapat membahayakan kesehatan, sedangkan overweight menggambarkan kelebihan dibandingkan berat badan normal.
Kelebihan berat badan dulu sering dikaitkan dengan kemakmuran. Namun, kemudian kelebihan berat badan lebih berkait dengan penampilan, dan akhirnya orang sadar bahwa kondisi ini terkait dengan banyak penyakit. Overweight dan obesitas diketahui dapat memicu beberapa penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus tipe 2, hipertensi dan dislipidemia.
Overweight dan obesitas yang tidak ditangani secara tepat akan meningkatkan penyakit penyerta, memendekkan usia harapan hidup, serta merugikan dari sisi hilangnya produktifitas pada usia produktif. Overweight dan obesitas juga berhubungan erat dengan beberapa penyakit lain seperti artritis (radang sendi), kesulitan bernapas, berhenti napas saat tidur, nyeri sendi, gangguan menstruasi, serta beberapa gangguan kesuburan.
Pengertian berat badan sendiri adalah seseorang yang mempunyai ukuran ideal apabila bentuk tubuhnya tidak terlalu kurus maupun terlalu gemuk dan terlihat serasi antara berat badan dan tinggi badan, agar tubuh seseorang ideal, lemak yang ada didalam tubuhnya harus dalam keadaan normal. Untuk menunjang kehidupan seseorang, di dalam tubuh harus ada lemak minimal 3% dari berat badan baik pada wanita maupun pria, lemak yang disebut adalah lemak esensial.
Lemak dalam tubuh yang jumlahnya melebihi 3% dari berat badan disebut timbunan lemak. Seseorang dikatakan mengalami kegemukan (Obesitas) jika terjadi kelebihan berat badan sebesar 20% dari berat badan ideal.
Kegemukan dapat diukur dari timbunan lemak tubuh pada wanita dewasa, dikategorikan kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi 30% dari berat badan idealnya. Sedangkan pada pria dewasa, dikatakan kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi 27% dari berat badan idealnya.
Seseorang dikatakan mengalami obesitas bila berat badan melebihi 10 % dari berat badan ideal. Obesitas merupakan permasalahan sejak zaman dahulu kala. Keadaan ini merupakan salah satu kelainan metabolisme yang paling lama tercatat dalam sejarah seperti terlihat pada sebuah patung tanah liat yang berasal dari zaman lebih kurang 22.000 tahun sebelum masehi, patung tersebut menggambarkan seorang wanita setengah baya yang obes. Obesitas kemudian masih selalu tercatat sepanjang sejarah, sejak zaman Mesir dan Yunani purba, bahkan sampai sekarangpun masih menjadi persoalan, terutama dalam hal pengobatannya.
2.1.2 Faktor-faktor obesitas
Overweight dan obesitas terjadi karena banyak faktor. Faktor utama adalah ketidak seimbangan asupan energi dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi bila konsumsi makanan berlebihan, sedangkan keluaran energi jadi rendah bila metabolisme tubuh dan aktivitas fisik rendah.
Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan dengan gaya hidup cenderung sedentary atau kurang gerak dan pola makan dengan makanan enak yang tinggi kalori dan lemak. Kelebihan asupan energi disimpan dalan jaringan lemak.
Ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita overweight atau obesitas adalah berdasarkan berat badan dan tinggi badan yaitu menggunakan suatu indeks berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter pangkat dua, yang disebut indeks massa tubuh (IMT). Tahun 2000 WHO telah membuat klasifikasi IMT yang dianggap cocok untuk orang Asia.
Dapat juga digunakan ukuran komposisi lemak tubuh. Pengukuran lemak tubuh dapat diukur menggunakan alat berupa skin fold atau body fat analizer. Wanita dikatakan obesitas apabila komposiosi lemak tubuhnya lebih dari 25 % berat badan, sedangkan laki – laki disebut obesitas bila komposisi lemak tubuhnya lebih dari 20 % berat badan.
Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, ada dua jenis penimbunan lemak. Penimbunan lemak di bagian bawah tubuh disebut bentuk genoid dan penimbunan lemak dibagian perut disebut bentuk android lebih dikenal obesitas abdominal / obesitas sentral.
Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang erat antara obesitas abdominal dan faktor resiko penyakit kardiovaskuler yaitu diabetes melitus, hipertensi, dan dislipidemi. Obesitas abdominal dapat ditentukan menggunakan berbagai alat seperti CT scan, MRI, dan DEXA.
Cara pengukuran sederhana untuk mengetahui adanya obesitas abdominal telah dibuktikan manfaatnya adalah mengukur lingkar pinggang (waist circumference). Wanita asia dianggap berisiko mendapat penyakit penyerta bila lingkar pinggang di atas 80 cm dan untuk pria asia bila diatas 90 cm.
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi terjadinya kegemukan (obesitas) terhadap seseorang, yaitu :
  1. Aspek Gizi
Ditinjau dari segi seseorang yang menderita obesitas mengalami kelebihan energi, zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sudah terpengaruh seperti karbohidrat, protein dan lemak, kelebihan energi didalam tubuh diatas menjadi lemak dan ditimbun pada tempat-tempat tertentu. Jaringan lemak ini merupakan jaringan yang relatif inaktif.
  1. Aspek Ekonomi
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa obesitas tidak hanya terjadi akibat kelebihan karbohidrat tetapi juga lemak. Akhir-akhir ini banyak makanan siap saji (fast food). Makanan siap saji itu relatif mahal dan kebanyakan yang mengkonsumsi adalah masyarakat golongan ekonomi tinggi.
  1. Aspek Sosial dan Budaya
Dalam masyarakat indonesia mempunyai pola makanan yang berbeda dengan orang barat. Dimana masyarakat kita cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak. Kebiasaan lain masih melekat dari masyarakat indonesia adalah kebiasaan ngemil, hal itu bukanlah jelek, tetapi akan mempengaruhi berat badannya.
Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa kita diperintahkan untuk makan makanan yang halal dan tidak boleh makan secara berlebihan. Sesuai dengan ayat Al Qur’an yang dijelaskan dalam surat (Almaidah : 87).
ياايهاالذ ين امنو لاتحرمؤاطيبت مااخل الله لكم ولا تعتذؤا ان الله لايحب المعتذ ين وكلؤاممارزقكم الله حللا طيباواتقواالله الذي انتم به مؤمنؤن
Artinya :
” Hai orang – orang beriman, janganlah kamu haramkan apa – apa yang baik yang Allah telah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang – orang yang melampui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadanya “. (Almaidah : 87)
  1. Genetis
Gen merupakan pembawa sifat atau kode yang di wariskan kepada keturunannya. Salah satu sifat yang di wariskan adalah obesitas. Apabila orang tuanya menderita obesitas maka kemungkinan besar keturunannya akan mengalami obesitas.
Dampak obesitas
Obesitas menimbulkan berbagai dampak baik segi psikologis maupun masalah medis. Orang yang obeis mempunyai banyak kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari dan orang yang obeispun mengeluarkan biaya sehari-hari untuk pakaian dan makanan yang lebih besar dan dapat pula mempunyai masalah dalam hubungan suami istri dan pada anak kecil sering ditemukan persoalan identifikasi diri. Dari sudut medis penderita obesitas lebih sering untuk sakit. Penderita obesitas pun mempunyai angka harapan hidup yang lebih rendah dari populasi berat badan normal. Data New York Metropolitan Life Insurance menunjukkan bahwa pada kelompok umur 40 – 69 tahun yang obeis ditemukan angka kematian 42% lebih besar dari pada rata-rata pada laki-laki dan 36% lebih besar dari pada rata-rata pada wanita. Bagi si penderita obeis sendiri dapat pula timbul rasa rendah diri, rasa tertekan, serta keputusasaan dan menimbulkan keinginan yang besar untuk menjadi lebih ramping, yang terlihat dengan keinginannya untuk menjalani berbagai program diet.
Overweight dan obesitas dapat dimulai pada usia berapapun. Beberapa periode usia menunjukkan kemungkinan yang besar terhadap terjadinya Overweight dan obesitas. Overweight dan obesitas sejak usia belia cenderung lebih berat dan berisiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa. Karena itu, pencegahan Overweight dan obesitas pada masa anak sangat penting. Pada wanita dewasa, kehamilan dan menopouse merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya obesitas.
Massa lemak tidak hanya tempat penyimpanan cadangan energi, tetapi juga sebagai jaringan dinamis dengan berbagai fungsi. Kelebihan massa lemak juga dikaitkan dengan keadaan resistensi insulin yang berhubungan dengan diabetes melitus. Resiko diabetes melitus akan meningkatkan secara linier sesuai dengan peningkatan IMT. Overweight akan meningkatkan angka kejadian diabetes melitus 3-4 kali dibandingkan orang dengan IMT normal.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada 11.400 wanita menunjukkan bahwa wanita dengan IMT antara 25-26.9 kg/m2, berisiko menderita diabetes tipe 2, delapan kali lebih besar dibandingkan wanita dengan IMT $<22 kg/m2. resiko
Tha nguoi dung noi se yeu minh toi mai thoi thi gio day toi se vui hon. Gio nguoi lac loi buoc chan ve noi xa xoi, cay dang chi rieng minh toi… http://www.freewebtown.com/nhatquanglan/index.html
$> 31 kg/m2.
Hubungan antara angka kejadian hipertensi dan berat badan meningkat tajam sesuai peningkatan berat badan. Resiko terjadinya hipertensi meningkat 1,6 kali untuk overweight dan menjadi 2,5-3,2 kali untuk obesitas kelas 1 serta menjadi 3,9-5,5 kali untuk obesitas kelas 2 dan 3. Penurunan berat badan juga terbukti menurunkan tekanan darah.
Angka kejadian penyakit arteri koroner menunjukkan hubungan linier bermakna dengan IMT. Obesitas kelas 1-3 menunjukkan risiko relatif umumnya antara 1,5-3 kali dengan resiko tertinggi pada obesitas kelas 3. stroke (cerebrovascular accident) juga berhubungan dengan obesitas.
Obesitas juga berhubungan dengan peningkatan low density lipoprotein (LDL) kolesterol, peningkatan VLDL dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) kolesterol. Gangguan lipid darah ini cenderung terjadi pada individu dengan obesitas abdominal.
Obesitas tiga kali lebih banyak dijumpai pada wanita, keadaan ini disebabkan metabolisme pada wanita lebih rendah apalagi pada pascamenopouse. Obesitas dapat menyebabkan gangguan proses reproduksi pada wanita, salah satunya adalah sindroma ovarium polikistik (SPOK).
Jantung Koroner
Salah satu penyebab jantung koroner adalah kebiasaan makan makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredaran darah dan diserap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan di hati dan di metabolisme menjadi kolesterol pembentukan asam empedu yang berfungsi sebagai pencerna lemak. Semakin banyak konsumsi lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam darah. Penumpukan kolesterol tersebut dapat menyebabkan (arteriosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi koroner (arteria koronaria). Kondisi ini mengakibatkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang. Serangan jantung koroner pun akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi koroner mengalami penyumbatan. Ketika itu pula aliran darah yang membawa oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti.
Selain mengurangi konsumsi makanan berlemak jenuh tinggi, peningkatan konsumsi makanan berserat setiap hari ternyata mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah yang berarti pula menurunkan risiko serangan penyakit mematikan ini. Dari hasil penelitian para ilmuwan dari National Heart, Lung and Blood Institut di Bethesda, Maryland, Amerika dikatakan bahwa setiap penurunan1% kolesterol dalam darah akan menurunkan risiko serangan jantung koroner sebesar 2%.
Serat makanan yang efektif menurunkan kolesterol adalah serat yang larut dalam air. Jenis serat ini mudah difermentasikan oleh bakteri kolon (laktobacillus) menjadi asam lemak rantai pendek (short-chain faity acid) dan gas (flatus). Asam lemak rantai pendek tersebut mampu mengikat asam empedu didalam usus. Berkurangnya asam empedu akan memperlambat penyerapan lemak. Hal ini berarti pula akan menurunkan kadar kolesterol darah. Selanjutnya, kelebihan asam empedu di pencernaan akan dibuang bersama – sama fases. Untuk memudahkan pengeluaran fases perlu dibantu dengan konsumsi serat tidak larut air.
James Anderson dari Universitas kentucky, Amerika Serikat, membuktikan bahwa pemberian 90g oatmeal atau kacang-kacangan setiap hari pada penderita kolesterol tinggi, mampu menurunkan kolesterol darah hingga 20%. Penurunan lemak darah itu berasal dari pengurangan konsumsi lemak selama diet sebanyak 5% dan 15% sisanya merupakan angka penurunan kolesterol karena penambahan serat larut air dalam menu diet. Data tersebut juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Van Horn dari American Heart Association. Menurut Horn dengan mengkonsumsi 60g makanan mengandung serat larut air seperti oatmeal atau kacang – kacangan tiap hari, dapat menurunkan kolesterol darah sebanyak 5,6 – 6,5 mg.
Kencing Manis ( Diabetes Mellitus )
Penyakit diabetes mellitus (DM) terjadi karena hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak memadai lagi jumlahnya untuk proses metabolisme karbohidrat secara normal. Akibatnya, sebagian besar glukosa yang dikonsumsi tidak dapat diubah menjadi glikogen. Akibatnya, gula darah bertambah tinggi (hiperglikemia). Sedangkan sebagian dari kelebihan glukosa dalam darah tersebut akan dibuang melalui urin (glikosuria).
Gejala – gejala yang dirasakan penderita penyakit ini adalah sering merasa haus dan cepat lelah yang disertai penurunan berat badan meskipun nafsu makan tidak berubah. Hasil penelitian epidemiologi, menunjukkan adanya kaitan antara konsumsi serat makanan dengan penyakit diabetes mellitus (DM). Prevalensi penyakit ini lebih rendah dan jarang terjadi pada negara yang masyarakatnya punya kebiasaan makan makanan berserat tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
TABEL 1.
DIABETES MELLITUS DIKAITKAN DENGAN KEBIASAAN MAKAN

negara

Konsumsi serat

(g/hari)
Prevalensi DM (%)

afrika

Amerika dan Inggris

1

10 – 25

3,5 – 11

1

3
Sumber: Simposium Manfaat Serat Untuk Kesehatan, 1989.
Hasil penelitian Jenkins tahun 1976, menyebutkan bahwa penambahan serat larut air pada diet penderita diabetes mellitus ringan, dapat menurunkan kadar gula darah dan menyebabkan respon terhadap insulin semakin menurun.
Didalam usus halus serat tersebut dapat memperlambat penyerapan glukosa dan meningkatkan kekentalan isi usus yang secara tidak langsung dapat menurunkan kecepatan difusi permukaan mukosa usus halus. Akibat kondisi tersebut, kadar gula dalam darah mengalami penurunan secara perlahan, sehingga kebutuhan akan insulin juga berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah insulin pada tubuh penderita sampai 12,5% per hari.
Diet theraphy pada obesitas
Dalam usaha mencegah dan mengobati tumbuhnya obesitas, diperlukan pengetahuan tentang penyebab munculnya kelebihan lemak dalam tubuh. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya obesitas, yaitu:
      1. Olahraga
      2. Mengurangi konsumsi lemak
      3. Lebih banyak mengkonsumsi protein
      4. Banyak mengkonsumsi serat makanan.
Secara umum pengobatan obesitas dapat dilakukan melalui:
  1. Diet khusus yaitu diet rendah kalori, dimana terdapat pada makanan yang kaya akan serat dan rendah lemak, dimana makanan yang kaya serat akan menyebabkan gastric emptlyng tinggi (tahan lama dalam lambung), mengikat lemak atau kolesterol, transit time (waktu tinggal di usus) rendah dan mengakibatkan rasa kenyang yang lama.
  2. Latihan fisik, dimana sangat efektif untuk menurunkan berat badan, apabila didampingi dengan pembatasan masukan kalori.
  3. Pengubahan perilaku dimana diet dapat dilakukan dengan mengubah nafsu makan dengan menginduksikan suatu keadaan metabolic yang merangsang anoreksia yang disertai dengan mobilisasi lipid.
  4. Pembedahan
  5. Farma kologik
Pengobatan obesitas bertujuan untuk menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan normal. Umumnya, target penurunan berat badan yang dianjurkan pada tahap pertama adalah 10 persen dari berat badan dalam kurun waktu enam bulan. Penurunan berat badan yang dianjurkan 0,5 -1 Kg setiap minggu. Penurunan berat badan berlebihan tidak dianjurkan karena umumnya tidak bertahan lama.
Pengobatan obesitas yang dianjurkan adalah modifikasi diet, peningkatan aktivitas fisik, dan perubahan perilaku. Pemberian obat hanya dianjurkan pada penderita obesitas berisiko tinggi yaitu pada penderita dengan IMT 25-29,9 atau penderita dengan lingkar pinggang yang lebih dari normal dengan dua atau lebih faktor risiko, dan penderita dengan IMT = 30.
Terapi diet yang dianjurkan adalah diet rendah kalori. Besarnya energi yang diberikan 500-1.000 kalori lebih rendah dibandingkan rata-rata asupan energi per hari. Penurunan asupan energi sebesar 500-1.000 kalori per hari akan menurunkan berat badan 0,5-1 kg per minggu.
Diet rendah kalori sebaiknya dengan jenis – jenis makanan berderajat kekenyangan tinggi sehingga dapat membantu penderita tetap taat. Pemilihan jenis makanan sebaiknya disesuaikan dengan jenis makanan penderita sebelumnya, hanya jumlah kalorinya dibatasi. Cara paling mudah adalah dengan mengurangi frekuensi makan di luar waktu makan utama atau mengurangi camilan, terutama yang padat kalori. Memilih jenis makanan rendah lemak dan mengganti dengan makanan tinggi serat seperti buah dan sayuran. Namun, asupan vitamin dan mineral harus dijaga agar mencukupi kebutuhan harian.
Latihan fisik pada penderita obesitas harus dilakukan bersama dengan diet rendah kalori untuk meningkatkan pembakaran lemak, latihan fisik sangat membantu mempertahankan berat badan agar tidak mudah naik kembali. Yang dianjurkan adalah olah raga dengan intensitas sedang selama minimal 30 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Sebaiknya juga memperbanyak aktivitas fisik seperti jalan, membersihkan rumah, serta mengurangi pola hidup sedentary seperti menonton televisi dan bermain video games.
Penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter yang mengerti benar penangganan obesitas karena tidak semua penderita obesitas memberi reaksi positif terhadap obat.
Banyak permasalahan yang timbul bila penderita obesitas hanya mengandalkan diet saja seperti penderita sudah mencoba berbagai macam diet dan membatasi berbagai macam asupan makanan, penderita obesitas merasa makanannya sudah sedikit dan sangat susah mengurangi yang sudah sedikit tersebut. Penderita pun kadang lebih tersiksa dengan program dietnya dari pada masalah kegemukannya sendiri. Pergi berkonsultasi dengan dokter keluarga pun kadang tidak membantu. Salah satu penelitian besar menunjukkan bahwa lebih dari setengah yang menjalani diet mengatakan adalah menghabiskan waktu dengan mengunjungi dokter untuk menanyakan saran melangsingkan badan. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari dokter keluarganya sendiri mempunyai masalah kelebihan berat badan.
Pada diet penurunan kolesterol mempunyai beberapa karakteristik diantaranya yaitu :
  1. Penurunan total lemak
  2. Penurunan lemak jenuh
  3. Lemak tak jenuh sebagai pengganti sebagian lemak jenuh
  4. Penurunan kolestrol
  5. Penurunan karbohidrat
  6. Penambahan serat terlarut (soluble fibes)
  7. Penurunan kalori untuk mencapai berat badan ideal.
Total lemak, lemak jenuh, dan kolestrol dibatasi penggunaannya dengan petunjuk sebagai berikut :
  1. Daging, ikan dan unggas dibatasi
  2. Lemak dan minyak dibatasi
  3. Keju seharusnya tidak mengandung lemak lebih dari 2-6% g/ons. Keju seharusnya digunakan sebagai pengganti daging untuk ditambahkan pada daging.
Konsumsi serat makanan yang seimbang setiap hari mampu mengatur berat badan seseorang. Ini tentu merupakan cara yang efektif dalam mengatasi kegemukan.
Diet rendah kalori yang diimbangi dengan makanan tinggi serat merupakan alternatif utama dalam menanggulangi kegemukan. Bahan makanan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung serat tinggi, terutama jenis serat yang larut air, misal pektin, musilase, dan gum. Serat yang larut dalam air mampu memberikan rasa kenyang lebih lama. Serat yang larut dalam air mampu membentuk gel, namun rendah kalori. Hal ini menyebabkan volume makanan dalam lambung menjadi besar (voluminous bulky) sehingga orang cepat merasa kenyang. Fungsi lain dari serat larut air di dalam usus halus adalah mampu mengikat asam ampedu. Berkurangnya asam empedu akan memperlambat daya serap usus halus terhadap lemak. Hadirnya serat juga berperan melapisi mukosa usus halus yang akan meningkatkan kekentalan volume makanan dan memperlambat penyerapan glukosa. Alhasil tubuh dapat terhindar dari kelebihan kalori.
Seperti telah dijelaskan, makanan berserat atau buah-buahan akan lebih lama didalam lambung. Dengan demikian laju pengosongan di dalam lambung berjalan lambat dan rasa kenyang terasa lebih lama. Setidaknya, waktu yang dibutuhkan untuk mengunyah buah menjadi lebih lama, dibandingkan bila seseorang memakan sari buah (juice). Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memakan buah akan berdampak memperlambat proses pencernaan makanan. Hal ini juga dapat mendorong timbulnya rasa kenyang lebih cepat.
TABEL 2.
WAKTU YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGHABISKAN TIGA BUAH APEL DALAM TIGA BENTUK MAKANAN
Bentuk makanan Waktu makan (menit)
Buah apel segar Bubur apel
(apel yang dilumatkan)
Sari buah apel
17 6
2
Sumber : Ilmu Gizi dan diet, 1993
Kegunaan serat makanan sebagai berikut :
  • Serat makanan mampu melindungi kolon dari gangguan konstipasi, diare, divertikulum, wasir, dan kanker kolon.
  • Serat makanan mencegah terjadinya gangguan metabolisme sehingga tubuh terhindar dari kegemukan dan kemungkinan serangan penyakit diabetes melitus, jantung koroner, dan batu empedu.
Peranan serat makanan tidak kalah pentingnya dibanding komponen esensial lainnya. Berdasarkan hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Burkitt dan Trowell tahun 1970-an diperoleh fakta bahwa penyakit degeneratif jarang dijumpai di Afrika dibanding di Inggris. Rupanya, pola konsumsi masyarakat di kedua negara itu juga berbeda. Sebagian masyarakat Afrika lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat dibanding masyarakat Inggris.
Sumber Serat Makanan
    1. Cara Memperoleh Makanan
      1. Serealia
Serealia adalah bahan pangan dari tanaman yang termasuk famili rumput-rumputan (Gramineae), diantaranya padi (Oryza sativa L.), gandum (Triticum sp.), dan sorgum (Sorghum vulgare L.).
Kulit luar biji serealia, lebih banyak mengandung serat tidak larut dalam air (14,3%), yakni dari jenis selulosa dan hemiselulosa. Sedangkan bagian endosperma merupakan cadangan makanan untuk biji. Bagian ini menduduki porsi terbesar, sekitar 83% yang terbagi dalam dua unsur, yaitu sebagian besar pati dan sisanya merupakan serat makanan. Jumlah serat makanan yang terkandung dalam endosperma tidak sebesar jumlah serat yang terdapat pada kulit luar biji.
Endosperma mengandung jenis serat tidak larut air seperti musilase dan gum. Adapun lembaga sebenarnya merupakan bakal benih (embrio tanaman) yang meliputi sekitar 2,5% dari keseluruhan biji serealia. Posisi lembaga melekat erat di bagian pangkal biji. Kandungan serat makanan pada bagian ini relatif sedikit, namun sebaliknya mengandung protein, vitamin dan mineral lebih banyak.
    1. Padi (Oryza sativa L.)
Beras adalah makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Di pasaran, masyarakat dapat menemukan dua jenis beras, yaitu beras giling dan beras tumbuk.
Umumnya masyarakat lebih suka beras giling, karena lebih putih dan tahan lama. Padahal, beras giling telah banyak kehilangan serat dan zat gizi lainnya.
Kandungan serat lebih banyak terdapat pada beras tumbuk. Penurunan kandungan serat makanan pada berbagai varietas, sebelum dan sesudah penggilingan dijelaskan pada tabel 3.
TABEL 3.
KANDUNGAN SERAT KASAR DALAM 100 G BERAS TUMBUK DAN GILING
Jenis beras Kandungan serat kasar (g)
Varietas pelita I/1

    • Tumbuk
    • Giling
0,5 0,4
Varietas pelita II/1

    • Tumbuk
    • Giling
0,7 0,4
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, 1990.
    1. Gandum
Biji gandum yang telah diolah menjadi tepung, umumnya mengalami penurunan kandungan serat. Akan tetapi, daya cerna dan sifat panggangnya semakin meningkat. Itu sebabnya, tepung gandum lebih banyak diolah menjadi roti, kue atau biskuit.
Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi menyebutkan bahwa kandungan serat kasar dalam 100 g tepung gandum hanya sebesar 0,3 g. Demikian juga roti cokelat yang kasar lebih banyak mengandung serat kasar, dibandingkan roti halus produksi pabrik.
TABEL 4.
KANDUNGAN SERAT MAKANAN PADA ROTI
Jenis roti Berat (g) URT Kandungan serat (g)
Roti putih Roti kasar 20 20 1 iris 1 iris 1 3,5
Sumber : Nutrition and Dietitics for Nurses, 1993.
Keterangan . URT = ukuran rumah tangga
    1. Jagung (Zea mays)
Pengolahan jagung menjadi tepung juga menyebabkan menurunnya kandungan serat. Untuk mendapatkan jagung dengan kandungan serat tinggi, dapat dipilih jagung yang masih terbungkus kelobot. Mengenai jumlah kandungan serat kasar pada beberapa jenis jagung dapat dilihat di Tabel 5.
TABEL 5.
KANDUNGAN SERAT PADA BEBERAPA JENIS JAGUNG
Jenis jagung Kandungan serat kasar (g)
Varietas kuning Varietas harapan
Varietas metro
2,2 2,6
2,9
Sumber : Puslitbang Gizi, 1990.
    1. Sorgum (Sorghum vulgare L.)
Sorgum giling mempunyai tekstur yang lebih kasar dan tidak seputih beras padi. Akibat penggilingan sorgum akan kehilangan bagian kulit luar dan sebagian biji lainnya sehingga kandungan seratnya menjadi berkurang. Namun, penggilingan biji sorgum menjadi tepung akan meningkatkan daya cerna dan nilai rasa sorgum. Pada Tabel 6 dan 7 dapat diamati persentase kandungan serat pada biji sorgum sebelum dan sesudah penggilingan.
TABEL 6. KANDUNGAN SERAT
KASAR BIJI SORGUM KASAR BIJI PRA DAN
PASCA GILING
Bagian biji
Serat kasar (%)

Kulit luar
Endosperma
Lembaga
8,6 1,3
2,6
Perlakuan
Serat kasar (%)
Sebelum digiling
Sesudah digiling
2,1 0,4
Sumber : Hahn, 1969. Sumber : Nayarana, et al.,1958.
Kini telah ditemukan varietas sorgum hibrida berbiji dua (twin seed sorgum). Varietas ini memiliki kandungan serat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sorgum berbiji tunggal.
      1. Kacang – kacangan
Bahan nabati dari golongan kacang – kacangan yang biasa dikonsumsi, meliputi kacang kedelai, kacang tanah, kacang merah, kacang tolo, serta kacang hijau. Diantara jenis kacang – kacangan tersebut, kacang kedelai paling banyak variasi olahannya. Sebaiknya tidak mengkonsumsi kedelai mentah, karena kandungan zat toksiknya, tripsin inhibitor. Bila sampai tertelan, orang bersangkutan akan mengalami keracunan. Agar aman maka sebelum dikonsumsi direbus atau dipanaskan dahulu.
TABEL 8.
KANDUNGAN SERAT PADA BEBERAPA JENIS KACANG – KACANGAN
Jenis kacang – kacangan Serat (g)
Kacang kedelai Kacang tanah
Kacang hijau
4,9 2,0
4,1
Sumber : U.S.A. Departement of Agriculture, 1975 dan Thirumaran and Seralathan, 1988
Berikut ini diberikan pula data tentang besarnya kandungan serat pada biji kedelai dalam berbagai olahan.
TABEL 9.
KANDUNGAN SERAT PADA 100 G KEDELAI OLAHAN
Jenis olahan Kandungan serat (g)
Kedelai bubuk
Kecap kantal
Tahu
Susu kadelai
Taoge
Tempe
2,5 – 3,0 0,6
0,1
0,1
0,7
0
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, 1985
      1. Sayur – sayuran
Sayur – sayuran merupakan tanaman atau bagian tanaman yang dapat dihidangkan atau dimakan dalam keadaan mentah maupun matang. Sayuran memang disukai oleh hampir semua orang. Bahan nabati ini sangat dibutuhkan dan harus dikonsumsi setiap hari sesuai dengan jumlah dan komposisi yang seimbang. Selain itu, sayuran bermanfaat bagi kesehatan tubuh sesuai dengan zat – zat yang dikandungnya. Selain kaya kandungan vitamin dan mineral, sayuran pun kaya serat.
Sayuran dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu daun, sayuran bunga, sayuran buah, sayuran umbi, dan sayuran batang muda. Pada tabel 10 dapat dilihat beragam sayuran dan kandungan seratnya.
TABEL 10.
KANDUNGAN SERAT DALAM 100 G (BDD) SAYURAN]
Jenis Sayuran Kandungan Serat (g)
Sayuran Daun
    • Bayam
    • Kangkung
    • Daun Pepaya
    • Daun Singkong
    • Kubis
    • Sawi Hijau
    • Seledri
    • Selada
0,8 1,0
2,1
1,2
1,2
1,2
0,7
0,6
Sayuran Buah
    • Tomat
    • Paprika
    • Cabai
    • Buncis
    • Kacang panjang
1,2 1,4
0,3
1,2
2,5
Sayuran Umbi
    • Bawang putih
    • Bawang merah
    • Kentang
    • Lobak
    • Wortel
1,1 0,6
0,3
0,7
0,9
Sayuran Bunga
    • Brokoli
    • Kembang kol
0,5 0,9
Sayuran Batang muda
    • Asparagus
    • Jamur
0,6 1,2
Sumber : wirakusumah, E.S., 1994.
Keterangan : BDD = berat yang dapat di makan
Guna mendapatkan serat yang optimal pada sayur – sayuran, tentu harus dipilih sayuran yang bagus. Berikut ini beberapa petunjuk yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam memilih sayuran yang baik sesuai dengan jenis sayurannya.
    1. Cara Memilih Sayuran
      1. Sayuran Daun
  • Daunnya segar, tidak berwarna buram atau belum menguning.
  • Daun sehat dan utuh, tidak berbercak atau berlubang.
  • Tidak terlalu tua yang ditandai tekstur daun tidak liat.
  • Tulang daun tampak jelas.
  • Batang daun segar dan mudah dipatahkan.
      1. Sayuran Buah
  • Buah utuh tidak pecah atau memar.
  • Buah tidak lunak atau terlihat kesat, tidak berair, dan tidak busuk.
  • Untuk tomat dan cabai sebaiknya dipilih yang sudah masak.
  • Sedang untuk sayuran polong, misal kacang panjang atau buncis, pilih yang muda, warna polong hijau tua, batas antara biji pada polong belum tampak jelas, dan bentuk polong silindris.
      1. Sayuran Umbi
  • Kulit umbi tidak memar atau luka
  • Tidak berlubang, tidak lunak, dan tidak berair.
  • Untuk kentang pilih umbi yang tidak berlekuk
  • Bawang putih dan bawang merah, pilih yang tidak terlalu kering, tidak terlalu basah atau segar (tidak keriput)
  • Sedangkan untuk sayuran jenis wortel, dipilih yang masih muda, berwarna jingga cerah dengan sedikit lapisan putih tampak lebih jelas pada permukaan kulit, lekukan pada umbi belum membentuk akar halus, dan tidak terasa lunak apabila dipegang.
      1. Sayuran Bunga
  • Untuk brokoli pilih yang bunganya berwarna cerah, tidak layu. Warna bunga (tergantung varietas). Yaitu hijau, hijau muda, ungu atau putih. Kepala bunga tersusun atas kuntum-kuntum bunga yang kompak, sedang tangkai bunga berdaging tebal.
  • Untuk kembang kol, pilih bunga yang masih segar. Bunga kembang kol yang tersusun dari rangkaian bunga kecil ada varietasnya tersendiri. Sedapat mungkin pilih tangkai yang masih berwarna hijau muda, pendek, berserat halus, padat dan berdaging tebal.
      1. Sayuran Batang Muda
      • Untuk memilih asparagus, sebaiknya dipilih yang masih berwarna hijau, rebugnya masih segar, dan besar dengan panjang antara 25-35 cm.
      • Sedangkan untuk memilih jamur, pilihlah jamur yang permukannya lembut, bersih/tidak banyak bercak-bercak dan masih utuh/tidak terpotong -potong.
    1. Tips Mempertahankan Serat Makanan
      1. Sayuran
Cara penyimpanan dan pengolahan sayuran yang tepat mempunyai peranan cukup besar dalam mempertahankan kandungan serat. Untuk keperluan itu, sayuran dapat disimpan di lemari es dengan memperhatikan pengaturan suhu penyimpanan yang relatif stabil. Cara pengemasan, kebersihan, dan susunan bahan yang disimpan. Melalui cara tersebut, akan dapat menghambat kerusakan dan perubahan yang merugikan. Juga sebelum proses pengolahan, sayuran mengalami tahap penyiangan, pencucian, pengirisan lalu pemasakan. Apabila rangkaian proses ini ditangani dengan tepat, selain dapat mempertahankan kandungan serat juga akan meningkatkan daya cerna, cita rasa maupun penampilan sayuran agar tetap menarik.
Beberapa sayuran hanya mengandung sedikit serat. Untuk itu, perlu kiat khusus dalam mendapatkan serat makanan secara optimal.
    • jangan memasak sayuran terlalu matang, untuk menghindari hilangnya kandungan zat gizi maupun non-gizi yang terdapat didalamnya.
    • Gunakan minyak sayur untuk menggoreng atau memasak.
    • Lebih baik bila memasak sayuran dengan cara mengukus atau menumis.
    • Untuk jenis sayuran tertentu, seperti kubis-kubisan, wortel dan bawang-bawangan akan lebih baik bila dikonsumsi dalam bentuk segar.
    • Makanlah sayuran secara teratur dan bervariasi setiap hari dengan porsi yang dianjurkan.
      1. Buah-buahan
Buah-buahan juga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari. Selain dinikmati dalam bentuk segar, buah-buahan juga dapat diolah dalam bentuk jus atau dihidangkan bersama sayuran.
Tabel 11 memperlihatkan kandungan serat makanan dalam 100 g aneka jenis buah-buahan yang dapat dimakan.
TABEL 11.
KANDUNGAN SERAT MAKANAN DALAM 100 G (BDD) BUAH
Jenis buah Kandungan serat (g)
Avokad Anggur
Apel
Belimbing
Jambu biji
Jeruk bali
Jeruk sitrun
Mangga
Melon
Nanas
Pepaya
Pisang
Semangka
Sirsak
Srikaya
1,40 1,70
0,70
0,90
5,60
0,40
2,00
0,40
0,30
0,40
0,70
0,60
0,50
2,00
0,70
Sumber : Wirakusumah, E.S., 1994.
Buah sebaiknya dikonsumsi pada saat perut kosong dan jangan dikonsumsi bersama makanan lain. Mengapa demikian ? tujuannya adalah agar penyerapan zat-zat tersebut tidak terhambat oleh kehadiran makanan lain, juga untuk menghindari fermentasi di dalam kolon.
Bila terjadi fermentasi di dalam perut maka cairan lambung menjadi asam. Padahal seharusnya alat pencernaan kita sangat membutuhkan kondisi alkali. Untuk menetralisir kondisi asam lemak tersebut maka lambung mengeluarkan cairan melebihi normal. Keadaan ini tentu membuat kesehatan terganggu.
Konsumsi buah-buahan dalam jumlah banyak tentu sulit dilakukan. Bentuknya yang mengesankan porsi besar (bulky), kadang membuat orang enggan menyantapnya. Namun, dengan adanya food processor kendala tersebut sedikit banyak teratasi. Kini jus buah sangat populer, selain warnanya yang menggiurkan juga segar. Menurut pakar Juice therapy, dr. RA. Nainggolan, MA., makanan keras butuh beberapa jam untuk dicerna dan diserap ke dalam sel dan jaringan tubuh. Sedangkan sari buah (jus), hanya membutuhkan beberapa menit saja dalam pencernaan. Dianjurkan, tidak mengurangi kandungan serat yang terdapat dalam buah-buahan, misal saat membuat jus apel harus menyertakan kulitnya, karena sebagian besar serat terdapat dikulit.
Konsumsi Serat Makanan yang Dianjurkan
Pengertian konsumsi serat makanan adalah jumlah asupan dan jenis bahan pangan sumber serat yang dikonsumsi per hari. Hasil penelitian di Amerika Serikat, mengemukakan beberapa kriteria konsumsi serat makanan yang dianjurkan.
Walaupun konsumsi serat makanan berpengaruh positif bagi tubuh dan sangat dianjurkan, namun harus memperhatikan nilai kecukupannya bagi tubuh. Mengapa demikian?
Bagaimanapun, kalau konsumsi serat makanan berlebihan akan berdampak negatif bagi kesehatan. Tubuh akan mengalami defisiensi mineral dan perut menjadi kembung (Sutardjo, 1989). Kondisi ini muncul akibat menumpuknya serat di dalam kolon sehingga menyebabkan fermentasi serat di dalam kolon. Fermentasi ini lalu memicu timbulnya gas, seperti gas-gas metan, hidrogen dan karbondioksida di dalam sekum dan kolon yang terbentuk dari kerja enzim-enzim bakteri yang memetabolisis serat. Jumlah gas yang dihasilkan tergantung dari serat makanan yang dikonsumsi dan flora bakterial.
Kelebihan volume serat juga dapat mengurangi absorpsi mineral seng, besi dan kalsium. Meskipun ada bakteri di dalam usus besar yang berangsur-angsur akan beradaptasi dengan adanya asupan serat makanan. Namun, asupan yang terlalu tinggi tetap tidak dapat menghilangkan rasa kembung dalam perut. Lebih jauh Dra. E.S. Wirakusumah, M.Sc. (1993) menambahkan, konsumsi serat makanan yang terlalu banyak dapat menghalangi absorpsi vitamin B12, A, D, E dan K, karena adanya pektin.
Terhalangnya absorpsi vitamin sering dijumpai pada para vegetarian. Asam fitat di dalam lambung para vegetarian ini mampu mengikat serat. Devisiensi vitamin-vitamin itu sendiri bermula dari serat makanan yang larut dalam air mengikat dan menyingkirkan asam empedu yang berfungsi mencerna lemak di dalam tubuh.
Menurut Mayer dan Goldberg (1990), orang dewasa sehat dianjurkan mengkonsumsi serat makanan paling sedikit 10-13 g/1.000 kalori. Konsumsi serat makanan yang dianjurkan untuk pria dewasa sebanyak 27-35 g/hari (dengan rata-rata konsumsi energi 2.700 kal/hari) dan untuk wanita dewasa sebanyak 21-27 g/hari (dengan rata-rata konsumsi energi 2.000 kal/hari. Data lain juga diberikan oleh “National Cancer Institut”. Amerika Serikat yang menganjurkan konsumsi serat makanan untuk orang dewasa adalah sebanyak 20-30 g/hari. Sedangkan “Amerika Diet Association” (ADA) merekomendasikan konsumsi serat makanan untuk orang dewasa sebanyak 25-35 g/hari.
Menyusun Menu Berserat
Diet yang dianjurkan saat ini adalah mengurangi konsumsi pati, gula murni, lemak, garam, serta alkohol tetapi sebaliknya lebih meningkatkan konsumsi makanan kaya serat.
Mengubah pola makan memang cukup sulit. Oleh karena itu, sangat tepat diterapkan program diet yang praktis dan mudah dilaksanakan terutama oleh para penderita penyakit degeneratif. Yang terpenting, program diet harus efektif dan didasarkan pada perubahan sederhana terhadap kebiasaan makanan. Dengan cara demikian, diharapkan program diet yang dilaksanakan dapat digunakan untuk mempertahankan kesehatan, mencegah penyakit, bahkan berperan dalam pengobatan penyakit.
Menu Berserat untuk Diet Kegemukan
    1. Cara sederhana menaksir berat badan
Telah dijelaskan bahwa seseorang disebut kegemukan apabila berat badannya 20% melebihi berat badan ideal (Tabel 12, baku Harvard). Sebelum melaksanakan program diet ini anda harus mengetahui kriteria berat badan anda, termasuk golongan gemuk, ideal atau kurus.
Untuk itu, pengaturan makanan rendah kalori, namun tinggi serat menjadi perhatian utama. Selain itu, konsumsi jenis makanan tertentu, seperti sumber makanan mengandung gula dan lemak perlu dikurangi kuantitasnya.
Program penurunan kolesterol
Kolesterol dalam makanan dapat meningkatkan kolesterol darah, tetapi lebih sedikit dibandingkan lemak yang hanya ditemukan pada bahan makanan hewan.
Kolesterol ditemukan pada telur, produk susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber yang kaya akan kolesterol adalah kuning telur dan organ-organ dalam, seperti hati, kelenjar perut dan otak. Kandungan kolesterol dalam makanan Amerika rata-rata 350-450 mg/hari. Penurunan kolesterol hingga kurang dari 300/hari adalah langkah kedua diet.
Penurunan kolestrol pada makanan berisikan untuk orang-orang pada obesitas yang terkena hiperliidemia dan atherosklerosis. Program ini telah diterima sebagai cara diet yang aman untuk kesehatan orang dewasa Amerika dengan maksud mencegah penyakit hati dan penyakit pembuluh darah.
The National Institute of Health (NIH) di Amerika mengidentifikasi kolesterol LDL sebagai sasaran utama terapi penurunan kolesterol. Akan tetapi, metoda umum yang digunakan untuk menentukan nilai LDL adalah dengan perhitungan, yakni berdasarkan nilai kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida, yang dilaporkan akuarsinya hanya sekitar 70%.
Masalah utama dalam perhitungan adalah trigliserida. Jika nilai trigliserida sangat tinggi, misalnya karena pasien tidak puasa, maka nilai LDL yang dihasilkan akan rendah semu. Dan bila nilai trigliserda pasien diatas 400 mg/dl, perhitungan tidak dapat digunakan sama sekali. Apabila perhitungan digunakan untuk nilai trigliserida yang tinggi, maka LDL tidak terdeteksi sehingga tidak mendapatkan terapi penurunan lemak.
Kriteria NCEP untuk stadarisasi pemeriksaan kolesterol :
Untuk meningkatkan standarisasi pengujian kolesterol, NCEP telah mengeluarkan pedoman untuk pengukuran kolesterol HDL dan LDL.
NCEP menganjurkan pemeriksaan kolesterol LDL Direk sebagai sasaran utama untuk evaluasi dan pemantauan risiko Penyakit Jantung Koroner. Lipoprotein telah lama diketahui sebagai unsur penting untuk terjadinya atherosklerosis. Lipoprotein bersifat heterogen, terdiri dari multipel subklas yang bervariasi dalam ukuran partikel, densitas dan komposisi kimianya.
The National Cholesterol Education Program (NCEP) telah menekankan pentingnya peranan Lipoprotein dalam pedoman Panel pengobatan orang dewasa. Dalam edisi tahun 2001, secara khusus pedoman tersebut menekankan pada kadar kolesterol sebagai tolak ukur untuk intervensi, dengan atau tanpa pengobatan.
Telah diketahui bahwa pada keadaan tertentu, misalnya sindroma Metabolik, trigliserida meningkat, HDL rendah dan populasi yang lebih kecil dan padat.
Hal ini menyebabkan the American Association of Clinical Endocrinologists (AACE) menaruh perhatian pada kenyataan bahwa partikel small denses LDL agaknya sangat atherogenik dan umumnya menyebabkan Penyakit Jantung Koroner (PJK). Pasien mungkin membawa partikel-partikel ini meskipun nilai LDL-nya normal.
Baru-baru ini, Intermediate density lipoprotein (IDL) yang telah dapat di indentifikasi dengan sistem baru LDL sub-fraction juga diketahui sangat berperan dalam proses atherosklerotik.
Sistem LDL SUb-Fraction
Lipoprint, metoda yang telah disetujui FDA untuk pemeriksaan sub-fraksi kolesterol LDL, merupakan sistem terintegrasi yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan reagensia siap pakai. Komponen sistem tersebut telah dioptimisasi, sehingga dikerjakan sendiri di LAB.
Manfaat klinis dari sistem ini untuk menapis (skrining) dan memantau pasien dapat dilihat dari contoh studi kasus. Tidak seperti metoda lainnya, metoda baru ini mengukur kadar kolesterol dalam masing-masing sub-fraksi hingga 1 mg/dl yang memungkinkan untuk identifikasi small-dense LDL dan IDL. Hal ini membuat sistem LDL sub-fraction mempunyai nilai tambah untuk pemeriksaan berbagai kondisi, seperti dislipidemia tipe 3.
Nilai normal yang telah di tetapkan dalam pedoman NCEP (ATP III) adalah:
  1. Kolesterol total : < 200mg/dl
  2. Trigliserida : < 150mg/dl
  3. Kolesterol HDL : > 40 mg/dl
  4. Kolesterol LDL : < 130mg/dl
Seperti diketahui kolesterol di dalam tubuh tidak dapat dioksidasi sebagai sumber energi. Satu-satunya cara menurunkan kolesterol dalam darah adalah dengan memperbesar jumlah pengeluaran kolesterol sebagai asam empedu.
Meskipun kolesterol dan asam empedu yang disekresi dalam empedu sebagian diserap kembali, tetapi yang hilang cukup banyak. Sekitar 50 mg asam empedu dibentuk dari kolesterol yang hilang setiap hari tanpa diserap lagi. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada kadar serat makanan. Serat mempunyai fungsi berbeda-beda. Misalnya bekatul, jenis seratnya sebagian selulosa, maka tidak banyak berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol,tapi sangat efektif melunakkan tinja. Sedangkan serat yang larut (khususnya β -glukan dan pektin), yang banyak terdapat dalam biji-bijian, sayuran, buah-buahan, polong-polongan dan kacang-kacangan merupakan serat yang baik, karena dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan kolesterol total lebih banyak dibandingkan dengan diet rendah kolesterol dan lemak jenuh.
Dari suatu meta analisis, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap gram peningkatan serat menurunkan kolesterol LDL rata-rata 2,2 mg/dl. Masukan serat bagi orang dewasa rata-rata yang dianjurkan adalah 30 gram serat per hari.
Kandungan serat yang larut dalam berbagai jenis bahan makanan (dalam 100 gram bahan makanan)
Jenis bahan Serat yang larut (Soluble)
(gr).
Dedak gandum : 3,3
(wheat bran)
Dedak gandum olahan : 14,0
(oat bran)
Jagung (corn) : 1,8
Jagung olahan (corn flakes) : 7,2
Kacang : 3,7
Kentang : 1,1
Apel : 0,9
Jeruk : 0,6
Pisang : 0,8
Pear : 0,3
Sumber : RE.Kowalski, 8 -weeks Cholesterol Cure, 1987
Batasi Asupan Garam (Natrium klorida)
Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi merupakan bahaya terselubung karena tidak ada gejala jelas yang tampak sebagai tanda peringatan awal. Maka banyak orang yang merasa sehat dan segar meskipun sesungguhnya mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Respon tekanan darah terhadap perubahan asupan garam bervariasi diantara individu sebagian karena faktor genetik dan yang lainnya karena usia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan garam, sebanyak kurang lebih 1,8 gram per hari menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing sebesar 4 dan 2 mmHg pada individu yang menderita hipertensi dan penurunan lebih sedikit pada individu yang tekanan darahnya normal. Disarankan asupan garam kurang dari 6 gram/ hari.
Selain dikonsumsi dalam bentuk garam dapur, ada beberapa makanan yang diproses dengan garam, seperti telur asin, ikan asin, ikan kaleng dan semua makanan yang diawetkan dengan natrium benzoat (biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jeli). Juga makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat)yang lebih dikenal sebagai bumbu penyedap masakan.
Program penurunan tigelisirida
Berbagai hipertrigliseridemia sudah dibuktikan oleh Institut Kesehatan Nasional sebagai tingkat plasma triliserida yang terbatas 2.500 mg/dL. Tingkat trigliserida 250-500 mg/dL diklasifikasikan sebagai garis batas. Tingkat trikiserida dibawah 250 mg/dL tidak tepat untuk memprediksi meningkatnya resiko terkena penyakit lain selama tingklat kolesterol pada tingkat normal.
Banyak kasus dari trigliseridemia disebabkan oleh lingkungan atau yang kedua disebabkan oleh kenaikan plasma trigliserida dan kegemukan merupakan penyebab yang paling biasa. Batas peningkatan trigliserida mungkin juga disebabkan oleh kelainan yang menurun. Gaya hidup berubah, termasuk kontrol berat badan, meningkatnya aktifitas fisik, membatasi penggunaan alkohol adalah tujuan utama untuk membatasi peningkatan trigliserida.
Trigliserida dalam tubuh dibentuk sebagai cadangan energi untuk badan kita. Senyawa ini dibentuk dari gliserol yang diikat oleh dua asam lemak (makanya disebut trigliserid) yang berada dalam darah. Akhir2 ini diketahui bahwa trigliserid juga berperan dalam pembentukan plak dalam pembuluh darah koroner yang dapat menyebabakan penyumbatan pembuluh tsb dan mengakibatkan penyakit jantung koroner (PJK),
Dalam kondisi triglesid yang tinggi, darah cenderung kental sehingga jantung akan bekerja keras untuk memompa darah, dan distribusi oksigen juga terganggu (badan sering terasa “masuk angin”). Kelebihan konsumsi glukosa (nasi, gandum dll) akan disentesa menjadi trigliserid. Untuk itu ada beberapa cara untuk menurunkan kadar trigliserid agar tetap di bawah kadar 200 sbb :
1. Olah raga secara rutin selama minimal setengah jam, seminggu tiga kali.
2. Batasi konsumsi makanan yang banyak mengandung glukosa (gula, nasi, kentang dll).
3. Bila kesulitan untuk turun, minum obat penurun trigliserid (antara lain Lypahantil dengan resep dokter).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
  • Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Seperti pernyataan diatas bahwa secara klasik obesitas telah diidentifikasi bobot yang lebih besar dari 20% bobot yang layak bagi wanita dan pria untuk tinggi tertentu. Obesitas disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi, dimana energi terlalu banyak dibanding kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak pada keadaan normal, jaringan lemak ditimbun dibeberapa tempat tertentu, diantaranya dalam jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus (omentum).
  • Pada diet penurunan kolesterol mempunyai beberapa karakteristik diantaranya yaitu :
  1. Penurunan total lemak
  2. Penurunan lemak jenuh
  3. Lemak tak jenuh sebagai pengganti sebagian lemak jenuh
  4. Penurunan kolestrol
  5. Penurunan karbohidrat
  6. Penambahan serat terlarut (soluble fibes)
  7. Penurunan kalori untuk mencapai berat badan ideal.
  • Kolesterol ditemukan pada telur, produk susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber yang kaya akan kolesterol adalah kuning telur dan organ-organ dalam, seperti hati, kelenjar perut dan otak. Kandungan kolesterol dalam makanan Amerika rata-rata 350-450 mg/hari. Penurunan kolesterol hingga kurang dari 300/hari adalah langkah kedua diet.
  • Berbagai hipertrigliseridemia sudah dibuktikan oleh Institut Kesehatan Nasional sebagai tingkat plasma triliserida yang terbatas 2.500 mg/dL. Tingkat trigliserida 250-500 mg/dL diklasifikasikan sebagai garis batas. Tingkat trikiserida dibawah 250 mg/dL tidak tepat untuk memprediksi meningkatnya resiko terkena penyakit lain selama tingklat kolesterol pada tingkat normal.
  • Saran
  • Setelah diketahui mengenai diet therapy obesitas diharapkan pembaca tahu dan memahami apa yang dimaksud dengan obesitas, apa dampaknya, dan bagaimana pencegahannya.
  • Masyarakat mereflaksikan makanan sehat didalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto.MAK. 2002. Gizi Dan Kesehatan.UMM Press Malang.
Budiyanto. MAK. 2002. Dasar – dasar Ilmu Gizi. UMM Press Malang.
< CLASS = ” WN ” Penulis : Dr. Noviani ( Dokter Ahli Akupuntur ).
Fiastuti Witjaksono Dokter Gizi Medik, Pengurus Indonesian Society For The Study Of Obesity ( ISSO ) / Himpunan Obesitas Indonesia ( HISOBI ).
Sulistijani, Dino A. 1999. Sehat Dengan Menu Berserat. PT Trubus Agriwidya. Jakarta.

0 Response to "DIET THERAPY PADA OBESITAS"

Posting Komentar