Herpes simpleks merupakan suatu infeksi virus yang disebabkan oleh virus herpes simplek tipe I dan II (HSV-I dan HSV-II). HSV-I sering menyerang daerah sekitar mulut (herpes labialis), sedangkan HSV-II sering mengenai daerah genital (herpes genitalis).
Gejala klinis yang dapat ditimbulkan infeksi HSV dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
- adanya oral seks atau oro-genital seks maka baik HSV-I maupun HSV-II dapat mengenai daerah sekitar mulut maupun genital.
- Bentuk serangan HSV pada seorang individu dapat berupa infeksi primer, episode I non primer, rekuren dan asimptomatik.
- Angka kejadian infeksi herpes simplek meningkat karena transmisi HSV melalui hubungan seksual,
- Seorang wanita yang terinfeksi dapat menularkan HSv pada pasangannya sebesar 4-5 %,
- Laki-laki yang terinfeksi maka kemungkinan untuk menstransmisikan HSV pada pasangannya sebesar 8-10%.
GEJALA
- Gejala herpes simpleks dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain.
- Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam, lemas, nyeri di sekitar mulut, tidak mau makan dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening.
- Gejala utamanya berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat menjadi krusta.
- Krusta ini kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah jambu yang akan sembuh tanpa bekas luka.
- Vesikel ini dapat timbul di tubuh bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong.
- Setelah itu, penderita masuk dalam fase laten, karena virus tersebut sebenarnya masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglion (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
- Pada fase ini tidak ditemukan gejala klinis.
- Gejala Klinis Prosentase Infeksi Virus
- Lesu 85 %
- Gangguan Pernafasan 60 %
- Bisul Berair 60 %
- Suhu panas atau dingin 50 %
- Pendarahan 50 %
- Hepato megali 50 %
- Kelainan jaringan syaraf pusat 40 %
- Kulit kuning 30 %
- Kulit biru 20 %
- Radang selaput lendir mata 10 %
- Korioretinis 10 %
- Kematian 70 %
PENULARAN VIRUS HERPES SIMPLEKS
Ada 2 cara penularan virus herpes simpleks yaitu secara horizontal dan secara vertical.
1. Horizontal
- Transmisi secara horisontal terjadi ketika seorang individu yang seronegatif berkontak dengan individu yang seropositif melalui vesikel yang berisi virus aktif (81-88%),
- Ulkus atau lesi HSV yang telah mengering (36%) dan dari sekresi cairan tubuh yang lain seperti salivi, semen, dan cairan genital (3,6-25%).
- Adanya kontak bahan-bahan tersebut dengan kulit atau mukosa yang luka atau pada beberapa kasus kulit
- mukosa tersebut intak maka virus dapat masuk kedalam tubuh host yang baru dan mengadakan multiplikasi pada inti sel yang baru saja dimasukinya
- selanjutnya virus menetap seumur hidup dan sewaktu-waktu dapat menimbulkan gejala khas yaitu timbulnya vesikel kecil berkelompok dengan dasar eritem.
2. Vertikal
- Transmisi HSV secara vertikal terjadi pada neonatus baik itu pada periode antenatal, intrapartum dan postnatal.
- Periode antenatal bertanggung jawab terhadap 5 % dari kasus HSV pada neonatal.
- Transmisi ini terutama terjadi pada saat ibu mengalami infeksi primer dan virus berada dalam fase viremia (virus berada dalam darah) sehingga secara hematogen virus tersebut dalam masuk ke dalam plasenta mengikuti sirkulasi uteroplasenter akhirnya menginfeksi fetus.
- Periode infeksi primer ibu juga berpengaruh terhadap prognosis si bayi, apabila infeksi terjadi pada trimester I biasanya akan terjadi abortus dan pada trimester II akan terjadi kelahiran prematur.
- Bayi dengan infeksi HSV antenatal mempunyai angka mortalitas ± 60 % dan separuh dari yang hidup tersebut akan mengalami gangguan syaraf pusat dan mata.
- Infeksi primer yang terjadi pada masa-masa akhir kehamilan akan memberikan prognosis yang lebih buruk karena tubuh ibu belum sempat membentuk antobodi (terbentuk 3-4 minggu setelah virus masuk tubuh host)
- Selanjutnya disalurkan kepada fetus sebagai suatu antibodi neutralisasi transplasental dan hal ini akan mengakibatkan 30-57% bayi yang dilahirkan terinfeksi HSV dengan berbagai komplikasinya (mikrosefali, hidrosefalus, calsifikasi intracranial, chorioretinitis dan ensefalitis).
- Sembilan puluh persen infeksi HSV neonatal terjadi saat intrapartum yaitu ketika bayi melalui jalan lahir dan berkontak dengan lesi maupun cairan genital ibu.
- Ibu dengan infeksi primer mampu menularkan HSV pada neonatus 50 %, episode I non primer 35% , infeksi rekuren dan asimptomatik 0-4%.
PENCEGAHAN TERTULARNYA VIRUS HERPES SIMPLEKS
- Pencegahan transmisi HSV secara horisontal ini dapat dilakukan dengan menggunakan suatu barrier protection (kondom) untuk mencegah kontak dengan cairan genital yang mengandung virus.
- Kondom yang terbuat dari latek menyebabkan virus tidak dapat melaluinya serta kandungan spermatisid (nonoxynol-9) dapat membunuh virus secara invitro.
- Efektivitas kondom sebagai pencegah transmisi HSV hanya sekitar 25 %, karena keterbatasan kondom yang tidak dapat menutup semua bagian penis (batang penis) maka hal itu masih memungkinkan adanya kontak dengan cairan genital yang mengandung virus.
- Oleh karena itu pembilasan cairan genital setelah berhubungan seksual dan penggunaan antivirus pada individu yang seropositif dapat lebih meningkatkan efektifitas pencegahan transmisi menjadi sekitar 75%.
- Pencegahan kontak dengan saliva penderita HSV dapat dilakukan dengan menghindari berciuman dan menggunakan alat-alat makan penderita serta menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptik yangcdapat membunuh virus sehingga menurunkan risiko tertular.
- Pencegahan transmisi secara vertical dapat dilakukan dengan deteksi ibu hamil dengan screning awal di usia kehamilan 14-18 minggu,
- selanjutnya dilakukan kultur servik setiap minggu mulai dari minggu ke-34 kehamilan pada ibu hamil dengan riwayat infeksi HSV serta pemberian terapi antivirus supresif (diberikan setiap hari mulai dari usia kehamilan 36 minggu dengan acyclovir 400mg 3×/hari atau 200mg 5×/hari) yang secara signifikan dapat mengurangi periode rekurensi selama proses persalinan (36% VS 0%).
- Namun apabila sampai menjelang persalinan, hasil kultur terakhir tetap positif dan terdapat lesi aktif didaerah genital maka pelahiran secara secar menjadi pilihan utama.
- Periode postnatal bertanggungjawab terhadap 5-10% kasus infeksi HSV pada neonatal. Infeksi ini terjadi karena adanya kontak antara neonatus dengan ibu yang terinfeksi HSV (infeksi primer HSV-I 100%, infeksi primer HSV-II 17%, HSV-I rekuren 18%, HSV-II rekuren 0%)
- dan juga karena kontak neonatus dengan tenaga kesehatan yang terinfeksi HSV.
PENGOBATAN
- Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dapat memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil.
- Pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit.
- Antivirus yang diakui oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks, maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati juga walaupun tidak ada gejala.
- Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain.
- Mereka juga disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan
SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER
Woah! I'm really digging the template/theme of this blog. It'ѕ simple, yet еffective.
BalasHapusA lot οf times it's very hard to get that "perfect balance" between superb usability and visual appearance. I must say you have done a great job with this. Also, the blog loads extremely fast for me on Opera. Outstanding Blog!
my web page; scooter for adults electric